3 Daftar Cerita Rakyat Dari Ternate
Cerita Rakyat dari Ternate, saat ini mulai banyak diperkenalkan kepada generasi muda di Maluku hingga seluruh Indonesia. Selain untuk tetap menjaga keberadaannya, cerita daerah juga mengajarkan kebaikan antar manusia dan alamnya.
Selain itu, Cerita Rakyat Ternate memiliki berbagai macam kisah yang menarik. Antara lain tentang kehidupan sosial masyarakat Maluku Utara, legenda hingga asal usul terjadinya suatu tempat yang disakralkan.
Baca Juga:
Mengenal 3 Cerita Rakyat Dari Buton Paling Terkenal
Inilah 3 Daftar Cerita Rakyat Dari Bangka Yang Populer
Daftar Isi Contents
Cerita Rakyat Dari Ternate
Berikut adalah 3 Daftar Cerita Rakyat Dari Ternate paling populer saat ini.
1. Kisah Ake Santosa Cerita Rakyat Dari Ternate
Ake Santosa adalah Cerita Rakyat dari Ternate, yang mengisahkan tentang asal usul danau ajaib di Ternate, Maluku Utara. Masyarakat sekitar percaya, bahwa danau kecil yang lokasinya bertempat di kaki Bukit Jore-jore tersebut airnya dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Dalam bahasa Ternate, Ake berarti “air”, sedangkan santosa adalah “sejahtera”. Atau dalam bahasa sederhananya, Ake Santosa artinya sumber air yang dapat memberikan kesejahteraan.
Jafar Sadek dan Bidadari
Dahulu kala ada pemuda keturunan Arab bernama Jafar Sadek, yang berkunjung ke Pulau Ternate dan menetap disana. Tempat tinggal pemuda ini, berada di sebuah bukit dekat dengan sumber mata air atau Danau Ake Santosa.
Pada suatu hari, Jafar Sadek melihat ada tujuh bidadari Kahyangan yang sedang mandi di danau tersebut. Sambil bersembunyi, Jafar Sadek menyembunyikan salah satu sayap milik para bidadari itu.
Setelah mandi, ketujuh bidadari itu bersiap untuk pulang sambil mencari sayapnya masing-masing. Namun bidadari paling bungsu bernama Nur Sifa, tidak dapat menemukan sayapnya.
Dengan terpaksa, si bungsu ditinggalkan oleh saudara-saudaranya kembali ke kayangan. Saat itulah, Nur Sifa bertemu dengan Jafar Sadek hingga akhirnya dipersunting menjadi seorang istri.
Cerita Nur Sifa Sang Bidadari Kahyangan
Waktu berlalu, Nur Sifa dan Jafar Sadek dikaruniai tiga orang putra, yaitu Buka putra tertua, Darajat dan Sahajat si bungsu.
Suatu Ketika, Nur Sifa melihat bayangan sayapnya yang lama hilang ketika tengah memandikan Sahajat. Sayap tersebut, terlihat jelas dari pantulan air mandi anaknya yang paling kecil.
Nur Sifa menemukan sayapnya, yang sengaja disembunyikan Jafar Sadek di atap rumah tempat mereka tinggal. Setelah berhasil mengambil sayapnya, Nur Sifa selalu gagal untuk terbang kembali ke Kahyangan. Sahajat menangis keras, setiap kali melihat sang ibu mencoba mengepakkan sayapnya hingga tiga kali.
Akhirnya Nur Sifa menampung air susunya dalam sebuah gelas. Sambil bersiap pergi, ia berpesan kepada putra tertuanya Buka untuk memberi minum si bungsu setiap kali sang adik menangis. Nur Sifa juga berpesan kepada Buka, agar memberitahu sang ayah bahwa ibunya pulang kembali ke tempat asalnya di Kahyangan.
Cerita Jafar Sadek
Jafar Sadek pun tiba di rumah, dan langsung menangis saat mendengar pesan istrinya dari sang putra sulung. Tangisan Jafar Sadek sampai terdengar oleh seekor burung elang laut.
Ketika sang elang bertanya, akhirnya Jafar Sadek menceritakan seluruh kisah sedihnya yang ditinggalkan Nur Sifa. Burung baik hati itu, menawarkan jasa untuk membawa Jafar Sadek ke Kayangan. Setelah terbang dengan menaiki punggung sang elang, Jafar Sadek tiba di Kahyangan dan bertemu ayah dari istrinya.
Ayah Nur Sifa meminta tujuh bidadari kembar yang seluruh fisiknya terlihat sama persis dengan Nur Sifa. Jafar Sadek harus menunjuk, yang manakah istri aslinya diantara ketujuh bidadari yang terlihat mirip dihadapannya.
Perjanjiannya, jika dia gagal menunjuk orang yang tepat sebagai Nur Sifa, maka nyawa adalah taruhannya. Namun jika dia berhasil, maka Jafar Sadek dapat membawa sang istri kembali ke bumi.
Dalam keadaan bimbang dan ragu, Jafar Sadek menemukan seekor lalat hijau hinggap di pundaknya. Sang lalat menawarkan bantuan, namun hanya dengan imbalan.
Jafar Sadek menyetujui, untuk memberikan semua benda yang berbau busuk di muka bumi kepada Sang lalat hijau. Lalat hijau hinggap di Bahu Nur Sifa, yang aroma tubuhnya tercium sebagai perempuan yang tengah menyusui.
Ayah Nur Sifa menerima Jafar Sadek sebagai menantu, sekaligus merestui pernikahannya dan tinggal di kahyangan. Suami istri ini, akhirnya mendapatkan putra keempat bernama Mashur Malamo.
Kembalinya Jafar Sadek dan Nur Sifa ke Bumi
Setelah sang putra berusia setahun, Jafar Sadek dan Nur Sifa berniat kembali ke bumi untuk melihat ketiga anak lainnya. Namun setiap kali mencoba untuk pulang, Mashur Malamo selalu menangis, karena meminta kopiah yang dikenakan sang kakek.
Akhirnya, Mashur Malamo sambil mengenakan kopiah sang kakek bersama orang tuanya turun ke bumi. Merekapun berkumpul kembali dengan ketiga putranya yang lain.
Nur Sifa memberi kepada keempat putranya hadiah, berupa tempat duduk yang terbuat dari bahan berbeda. Buka sang putra pertama, diberi tempat duduk terbuat dari potongan bilah pohon sebelum bertolak ke Makian. Tempat itu, pada akhirnya menjadi awal berdirinya Kerajaan Bacan.
Putra kedua Darajat, mendapat sepotong kayu terapung, sebelum pergi merantau ke Moti yang menjadi awal dari Kerajaan Jailolo. Sementara putra ketiga Sahajat, memperoleh tempat duduk dari batu yang ia bawa saat bertolak ke Tidore sebelum menjadi Kerajaan Tidore.
Adapun si bungsu Mashur Malamo, mendapat sebuah kursi, sebelum akhirnya menjadi Kerajaan Ternate. Kopiah pemberian sang kakek, digunakan mahkota saat ia menjabat sebagai raja di Kerajaan Ternate.
2. Asal Usul Danau Tolire
Cerita Rakyat dari Ternate yang kedua adalah Asal Usul Danau Tolire. Lokasi danau ini, berada di ketinggian kaki Gunung Gamalama atau sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Ternate.
Menurut cerita, Danau Tolire awalnya merupakan perkampungan yang masyarakatnya sangat memegang teguh adat istiadatnya. Mereka hidup sejahtera, dan tidak kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Secara rutin, masyarakat Kampung Tolire selalu menjalankan berbagai ritual adatnya dengan khidmat hampir setiap hari.
Pada suatu saat, seluruh penduduk kampung dan pemuka adat setempat mengadakan pesta besar. Tersedia berbagai makanan lezat serta musik pengiring untuk memeriahkan jalannya perayaan.
Namun tanpa diketahui, seorang ayah dan anak perempuannya melakukan kegiatan terlarang, yang membuat mereka akhirnya melanggar adat dan norma asusila. Masyarakat sekitar mempercayai, jika ada peringatan berupa ayam berkokok di tengah malam, artinya ada malapetaka besar yang akan menanti.
Hingar bingarnya pesta, membuat kokok ayam ditengah malam itu tenggelam diantara sorak sorai suara penduduk yang berpadu dengan alunan musik. Seluruh penduduk kampung menyalah artikan simbol kokok ayam tersebut, hanyalah sebagai tanda datangnya fajar menjelang pagi hari.
Waktupun berlalu hingga dua hari berikutnya, tepatnya pada pukul tiga dini hari, malapetaka pun benar terjadi. Secara tiba-tiba, terjadi peristiwa tanah longsor di Tolire, yang membuat banyak masyarakat yang terkubur hidup-hidup didalam tanah. Tanah longsor itu akhirnya membentuk cekungan mirip kuali besar, yang terisi oleh air sebelum akhirnya berubah menjadi Danau Tolire.
3. Legenda Batu Badaong
Legenda Batu Badaong merupakan Cerita Rakyat dari Ternate, yang mengisahkan tentang asal usul terjadinya batu besar terbelah di Maluku Utara. Meski memiliki beberapa versi, cerita mengenai Batu Badaong semuanya berhubungan dengan penyesalan seorang manusia.
Dahulu kala, ada seorang laki-laki yang hidup bersama istri dan kedua anaknya. Pada suatu hari, sang ayah yang seorang nelayan pergi melaut namun tidak pernah kembali ke rumah. Tinggalah putri pertamanya yang bernama O Bia Moloku dan adik laki-lakinya O Bia Mokara bersama sang ibu.
Petaka Berujung Penyesalan
Petaka mulai terjadi, saat sang ibu ingin mengambil bahan makanan di kebun. Sebelum berangkat, ia berpesan kepada anak-anaknya untuk tidak memakan telur ikan yang ada di meja. Telur tersebut sengaja disiapkan untuk sang ayah saat pulang ke rumah.
Karena merasa perutnya mulai lapar, O Bia Mokara berniat untuk mengambil telur tersebut ketika sang ibu pergi. Karena terus menangis, O Bia Moloku iba melihat sang adik dan memutuskan memberi telur ikan tersebut kepadanya.
Sepulang berkebun, tanpa curiga sang ibu langsung menggendong putra bungsunya sambil menari dan tidak berhenti bersenandung. O Bia Mokara pun ikut gembira sampai terbahak-bahak, hingga terlihat sisa telur ikan yang terselip diantara giginya.
Dalam sekejap, sang ibu terdiam dan melepaskan putranya dari gendongan. Ia berteriak tanpa henti, dan sibuk memarahi kedua anaknya karena telah melanggar pantangan yang sudah dipesankan. Tanpa disadari oleh O Bia Mokara dan O Bia Moloku, memakan telur ikan dapat berakibat buruk bagi keluarga mereka.
Tidak berpikir dua kali, sang ibu langsung berlari menuju pantai sambil menaiki batu besar. Melihat kejadian itu, kedua anaknya hanya dapat menangis dan berusaha untuk menyusul sang ibu hingga tertinggal jauh.
Saat berada di atas batu, sang ibu meminta batu besar untuk membiarkannya masuk kedalam. Seketika itu pula, tubuh sang ibu sudah tertelan di dalam batu dan tidak pernah terbuka lagi. Kedua anaknya menyesali perbuatannya, namun nasi sudah menjadi bubur. Sang ibu telah pergi meninggalkan mereka untuk selamanya.
Baca Juga:
4 Cerita Rakyat Dari Nusa Tenggara Barat
5 Cerita Rakyat Dari Aceh Yang Terkenal
Itulah 3 Daftar Cerita Rakyat Dari Ternate yang menarik kisahnya. Semoga bermanfaat, dan menjadi referensi kisah cerita rakyat yang penuh dengan pesan moral.