Inilah 3 Daftar Cerita Rakyat Dari Bangka Yang Populer
Cerita Rakyat dari Bangka cukup menarik untuk diikuti, karena memberikan banyak pesan moral dan kebaikan antar sesama. Sebagian cerita sudah ada sejak turun temurun, sedangkan sisanya merupakan hasil imajinasi para penulis handal.
Meski begitu, jalan ceritanya selalu terhubung dengan sejarah, latar belakang, sejarah hingga kultur dan budaya Masyarakat Bangka di Sumatera Selatan. Oleh karena itu, beberapa daftar cerita rakyat di bawah, cocok untuk anak-anak maupun remaja.
Baca Juga:
- 6 Cerita Rakyat Dari Kalimantan Barat Dan Pesan Moralnya
- 5 Cerita Rakyat dan Asal Daerahnya Yang Terkenal
Daftar Isi Contents
Cerita Rakyat Dari Bangka
Berikut adalah 3 Daftar Cerita Rakyat dari Bangka, yang cukup sering diceritakan kembali di sekolah-sekolah yang paling populer.
1. Asal Usul Batu Balai Cerita Rakyat Dari Bangka
Cerita Rakyat dari Bangka berjudul Asal Usul Batu Bali, sekilas mirip dengan kisah Malin Kundang di Sumatera Barat. Batu Balai sendiri merupakan bantu besar yang bertumpuk dua, dimana kejadiannya pernah terjadi di Kampung Balai, Bangka Barat.
Pada zaman dahulu, ada perempuan tua yang hidup hanya dengan anak laki-lakinya bernama Dempu Awang. Kehidupan mereka sangat miskin, hingga membuat Dempu Awang harus pergi merantau untuk merubah nasib.
Dempu Awang Anak Durhaka
Setelah mendapat restu sang ibu, Dempu Awang pergi menuju kota. Sepuluh tahun berlalu, Dempu Awang sudah menikah dan kaya raya namun tidak pernah sekalipun datang mengunjungi ibunya.
Hingga suatu ketika, Dempu Awang mulai teringat akan ibunya yang tinggal sendirian di kampung. Serta merta, dia membawa istrinya untuk berkunjung melihat sang ibu menggunakan sebuah kapal besar menuju tempat dia dilahirkan.
Setelah tiba di kota pelabuhan, Dempu Awang berubah pikiran saat melihat kondisi sang ibu yang kotor dan compang-camping. Tidak ada rasa iba sedikitpun anak durhaka malah enggan mencium tangan dan kaki perempuan tua yang melahirkannya.
Bahkan, dengan kasar sang anak yang sudah lupa diri membuat ibundanya terjatuh. Dempu Awang menepis tangan perempuan lanjut usia itu, ketika mencoba untuk mengusap kening anak tunggal yang begitu dicintainya.
Melihat kejadian tersebut, istri Dempu Awang mencoba untuk meminta suaminya bersujud di kaki sang ibu dan mencium tangannya. Laki-laki sombong itu menolak permintaan istrinya, dan tidak mengakui perempuan yang sudah tertatih-tatih di depannya adalah sang ibu.
Melihat perlakukan sang anak yang sudah lupa diri, membuat ibunda Dempu Awang berdoa kepada Tuhan. Hatinya sangat terluka, hingga meminta agar anaknya mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
Dalam perjalanan menuju pulang, perjalanan kapal milik Dempu Awang hancur terbalik karena diserang badai. Saat bertolak dari kota pelabuhan, turun hujan deras yang disertai badai besar. Kapal mewah miliknya pun terbalik hancur berkeping-keping.
Esok hari, banyak warga yang menemukan adanya sebongkah batu besar mirip manusia terdampar di pelabuhan.
Sosok tersebut, dipercaya adalah Dempu Awang yang sudah dikutuk. Selain itu, terdapat pula batu besar yang saling bertumpuk, dimana pada bagian atasnya sekilas terlihat seperti buritan perahu.
2. Cerita Rakyat Si Penyumpit
Berikutnya adalah kisah tentang si Penyumpit, yang merupakan Cerita Rakyat dari Bangka paling populer.
Alkisah zaman dulu kala, hidup seorang pemuda yang mahir berburu hewan dengan cara menyumpit. Karena sumpitannya tidak pernah luput sasaran, membuatnya terkenal dengan panggilan si Penyumpit. Tidak hanya menyumpit hewan, pemudi ini juga mahir mengobati penyakit. Seluruh bakatnya tersebut, diturunkan dari sang ayah.
Pada satu waktu, Pak Raje sang kepala desa di kampungnya meminta si Penyumpit untuk mengusir pergi gerombolan babi hutan. Hewan liar tersebut, ternyata telah menghancurkan sawah dan tanaman padinya yang hampir panen. Demi dapat membayar hutang orang tuanya kepada Pak Raje, si Penyumpit menyiapkan diri bekerja pada sang kepala desa.
Esok hari, si Penyumpit langsung mendatangi ladang Pak Raje untuk menjalankan tugasnya. Tanpa ragu, dia berdoa kepada dewa babi sambil membakar kemenyan agar hewan tersebut tidak lagi masuk ke ladang Pak Raje.
Setelah tiga malam berjaga, si Penyumpit belum melihat gerombolan hewan perusak kembali ke ladang Pak Raje. Namun setelah tujuh hari, terlihatlah kawanan babi hutan tersebut, yang sedang beriringan masuk ke ladang.
Si Penyumpit langsung bersembunyi di balik pohon besar, dan mempersiapkan sumpit andalannya sebagai senjata. Perlahan tapi pasti, dengan pemuda itu membidikkan sumpitnya ke arah salah satu babi.
Meski berhasil melukai babi tersebut, anehnya seluruh babi tersebut akhirnya menghilang begitu saja. Reaksi si Sumpit pun keheranan, melihat kejadian yang dapat diterima akal sehatnya.
Penyumpit dan Sang Putri
Tibalah esok harinya, si Sumpit mencoba mengikuti jejak ceceran darah babi yang tertinggal hingga ke dalam hutan. Langkah pemuda ini terhenti di depan goa yang dikelilingi oleh pepohonan dan semak belukar.
Perlahan si Sumpit memasuki goa, hingga menemukan seorang putri yang terbaring lemah. Sekelilingnya, terlihat pula beberapa wanita dengan paras yang cantik jelita. Salah satu diantara mereka, ternyata adalah ibunda sang putri.
Setelah ditegur sang ibu, si Sumpit menyadari jika sang putri dan wanita lainnya adalah hewan yang merusak ladang kepala desa. Saat itu mereka menjelma menjadi babi hutan, hingga salah satunya terluka terkena senjata si sumpit.
Si Sumpit pun terkejut mendengar penjelasan dari ibunda sang putri. Dengan berbesar hati, sang pemuda meminta maaf atas peristiwa tersebut. Si Sumpit segera membantu mengobati luka dan mencabut sumpit yang masih menancap di perut sang putri.
Beberapa dayang sang putri, mencari daun keremunting di sekitar hutan atas instruksi sang ibunda. Setelah semua bahan lengkap, si Penyumpit mendekati sang putri yang terbaring lemah tanpa daya.
Sambil membaca mantra, mata sumpit itu pun dapat dilepas secara perlahan. Sedangkan bekas luka yang masih berdarah, ditutup dengan ramuan daun keremunting hingga sembuh beberapa hari berikutnya.
Tibalah saat si Sumpit berpamitan untuk pulang. Ibu sang putri membekalinya bungkusan berisi buah jering, kunyit, buah nyatoh dan daun simpur. Sambil menyerahkan tandamata tersebut, wanita tua ini berpesan, agar si Sumpit tidak membukanya hingga tiba di rumah.
Si Penyumpit Kaya Raya
Ketika sampai di rumah, si Sumpit terkejut melihat isi dari bungkusan tersebut. Di dalamnya ternyata adalah seperangkat perhiasan, yang terbuat dari berlian, permata, intan, emas, permata dan sejenisnya.
Dengan perasaan kegirangan, si Penyumpit menjual harta karun tersebut kepada seorang saudagar. Sedangkan hasil penjualan tersebut, digunakan untuk membeli rumah, ladang dan melunasi hutang sang ayah kepada kepala desa.
Kabar si Sumpit menjadi kaya raya pun semakin tersebar hingga ke telinga Pak Raje. Sang kepala desa berniat meminjam senjata si Sumpit, untuk memburu babi hutan yang masih merusak ladangnya.
Pak Raje dan Sang Putri
Hingga akhirnya, Pak Raje berhasil melukai salah satu babi, dan mengikuti jejaknya hingga ke hutan. Cerita sang kepala desa pun mirip seperti si Sumpit yang menemukan tempat persembunyian sang putri dan ibunya di goa.
Begitupun saat dia mencoba untuk menyembuhkan luka sang putri. Namun sayangnya, upaya tersebut gagal karena Pak Raje tidak memiliki ilmu mengobati penyakit seperti si Sumpit. Sebagai gantinya, sang kepala desa diserbu puluhan babi hutan hingga terluka parah dan tidak sadarkan diri saat tiba di rumah.
Putri tertua Pak Raje mengadukan nasib sang ayah kepada si Sumpit. Tanpa ragu, pemuda ini langsung mengobati sang kepala desa hingga sembuh.
Setelah sadar Pak Raje mengakui semua kesalahannya, dan sebagai ucapan terimakasih ingin menikahkan putri bungsunya dengan si Sumpit. Seminggu mendatang, pernikahan antara si Sumpit dan putri bungsu kepala desa berlangsung dengan meriah.
Demikianlah akhir bahagia Cerita Rakyat dari Bangka mengenai si Sumpit, yang ahli dalam menyumpit hewan dan mengobati penyakit.
3. Cerita Rakyat Putri Pucuk Bukit Kelumpang
Dalam daftar Cerita Rakyat dari Bangka yang terakhir berjudul Putri Pucuk Bukit Kelumpang.
Dahulu kala, hidup seorang wanita cantik bernama Putri Pucuk di Bukit Kelumpang. Tidak hanya cantik, Putri Pucuk juga seorang memimpin kerajaannya dengan bijaksana di mata rakyatnya.
Bukit Kelumpang sendiri memiliki panorama alam yang indah dan juga subur. Tempat ini selalu dipenuhi, dengan pepohonan hijau dan aneka bunga yang bermekaran sepanjang tahunnya.
Putri Pucuk pun selalu menjaga keseimbangan alam tanah kelahirannya. Oleh karena itu, dia selalu mengajarkan cara merawat alam agar selalu terjaga kepada seluruh rakyatnya. Tidak heran, jika Putri Pucuk rajin mengelilingi bukit, sambil merawat seluruh tanaman dan hewan yang hidup di sekitar istana.
Sang Pangeran dan Putri Pucuk
Pada suatu waktu, ada seorang pangeran yang datang berburu ke Bukit Kelumpang. Pangeran muda dari kerajaan tetangga tersebut tidak menghargai alam sama sekali. Bahkan, tanpa ragu merusak tanaman dan mengusik seluruh hewan di hutan.
Melihat kejadian tersebut, Putri Pucuk sangat marah dan merasa kecewa. Dengan bijaksana, sang putri mendatangi dan menegur pangeran muda tersebut. Putri bijaksana itu menjelaskan, bahwa alam harus dijaga dengan baik karena merupakan elemen penting yang ada dalam suatu rantai kehidupan.
Pangeran yang pada awalnya sangat sombong, secara perlahan menyimak setiap kalimat dari Putri Pucuk. Setelah melihat ketulusan sang putri dalam menjaga alam, terbesit rasa malu di benak sang pangeran atas perbuatannya.
Dengan kesungguhan, sang pangeran muda pun berjanji untuk mulai belajar menghargai alam. Ia meminta maaf kepada Putri Pucuk dan rakyatnya atas segala kerusakan yang telah ia buat.
Setelah Putri Pucuk dengan tulus memaafkan kekhilafan sang pangeran, akhirnya mereka bersahabat dan saling menjaga keutuhan alam.
Baca Juga:
5 Cerita Rakyat Dari Riau Yang Terkenal
5 Cerita Rakyat Dari Aceh Yang Terkenal
Itulah 3 Daftar Cerita Rakyat Dari Bangka, yang banyak mengandung pesan moral dan kebaikan. Semoga bisa menjadi referensi, terutama bagi yang mencari cerita daerah dari Bangka untuk anak-anak maupun remaja.
Leave a Reply