Mengenal 3 Cerita Rakyat Dari Buton Paling Terkenal

Cerita Rakyat dari Buton tidak hanya memberikan pesan kebaikan, tapi juga menyisipkan pengetahuan tentang budaya masyarakat Sulawesi Tenggara. Kebanyakan cerita rakyat ini sudah dikisahkan dari generasi ke generasi, baik dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

Baca Juga:

3 Daftar Cerita Rakyat Dari Bangka

6 Cerita Rakyat Dari Kalimantan Barat Dan Pesan Moralnya

Cerita Rakyat Dari Buton

Berikut ini adalah 3 Daftar Cerita Rakyat dari Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara yang cukup menarik untuk disimak.

1. Asal Usul Nama Mawasangka, Cerita Rakyat Dari Buton

Asal Usul Mawasangka Cerita Rakyat Dari Buton - Photo by YouTube

Asal Usul Mawasangka Cerita Rakyat Dari Buton – Photo by YouTube

Mawasangka adalah nama yang digunakan, bagi sekelompok masyarakat di Sulawesi Tenggara. Selain itu, Cerita Rakyat dari Buton ini juga mengisahkan tentang persaudaraan yang terjalin erat di wilayah tersebut.

Diceritakan, bahwa ada seorang laki-laki dan istrinya yang berlayar dari Bone menuju Buton dengan perahu. Adapun tujuan dari perjalanan itu, untuk mencari abang dari sang istri yang sudah lama merantau sejak ayah dan ibunya wafat.

Namun dalam perjalanan, perahu mereka terbalik karena badai dan cuaca yang buruk hingga terdampar di suatu pantai. Karena bencana itu, tidak ada satupun bekal yang tersisa kecuali seekor ayam jantan.

Setelah mendirikan pondok untuk berteduh, suami istri tersebut pun mulai mencari bahan makanan ke hutan yang ada di sekitar pantai.

Ketika suaminya pergi, muncul seorang anak muda yang membawa seekor ayam jantan. Secara bersamaan, pemuda ini menemukan ayam jantan piaraan sang suami istri. Tanpa diketahui pemiliknya, sang pemuda berniat mengadu kedua ayam jantan tersebut.

Keanehan pun terjadi, ketika kedua hewan tersebut menolak bertarung di arena sabung ayam. Sambil kebingungan melihat peristiwa tidak biasa tersebut, pemuda itu melihat seorang perempuan bersama suaminya yang baru kembali dari hutan.

Anak muda itu langsung menghampiri keduanya sambil berkenalan. Di tengah perbincangan, sang pemuda dan perempuan tersebut baru menyadari, bahwa keduanya mengenakan cincin yang sama.

Sambil terperanjat, sang perempuan kemudian mengetahui, bahwa anak muda yang membawa ayam jantan adalah kakaknya. Adapun cincin tersebut, merupakan pemberian kedua orang tua mereka yang sudah almarhum,

Kisah Kolakino Mparigi dan Kolakino La Mansenga

Singkat cerita, sang pemuda tadi mengantar adik perempuan dan suaminya untuk menetap selamanya di suatu tempat bernama Mparigi. Tahun pun berganti, lokasi pemukiman yang tadinya sepi menjadi semakin ramai oleh masyarakat. Sang pemuda akhirnya diangkat menjadi kepala suku atau yang dikenal sebagai Kolakino Mparigi.

Sayangnya, sejak memiliki jabatan tersebut, pemukiman mereka sering diserang oleh hewan liar. Kolakino Mparigi pun menyatakan kekhawatirannya kepada Kolakino La Mansenga, yaitu kepala suku di tempat lain.

Kolakino La Mansenga menunjukkan tempat bermukim yang lebih aman bagi masyarakat Mparigi. Karena memiliki pohon raksasa yang daun dan buahnya sangat subur, lokasi baru tersebut dinamakan Sau Sumangka yang berarti sangat lengkap.

Setelah memindahkan seluruh masyarakatnya ke tempat baru, Kolakino Mpagi menyatakan, bahwa dialah yang menemukan pohon besar itu saat pertama kali. Pernyataan tersebut ditolak oleh Kolakino La Mansenga, hingga terjadi perkelahian diantara mereka berdua.

Dengan amarah, Mpasenga bersumpah di hadapan seluruh masyarakat. Jika terbukti dia adalah orang pertama yang menemukan pohon ajaib tersebut, maka lahan di sekitarnya akan selalu mengalami musibah. Terutama, setiap kali dikelola oleh Kolakino Mparigi.

Begitupun sebaliknya. Apabila Kolakino Mparigi yang pertama kali menemukannya, maka kampung mereka akan selalu diberkahi keselamatan.

Apa yang ditakutkan pun terjadi. Ketika salah seorang masyarakat menggali tanaman ubi, terlihat air galian keluar dari tanah yang menggenangi seluruh dusun. Masyarakat Kolakino Mparigi banyak yang mati kelaparan. Terbukti, bahwa Kolakino La Mansenga lah yang menemukan pohon itu untuk pertama kalinya.

Kedua kepala dusun tersebut akhirnya sepakat untuk melakukan upacara pembersihan musibah sesuai dengan adat mereka. Ayam jantan milik pasangan suami istri dari Bone, akhirnya disembelih sebagai persembahan untuk menolak bala dan musibah.

Hingga akhirnya, tempat itu dikenal sebagai La Sumangka yang berarti pohon besar ajaib, sebelum berganti nama menjadi Mawasangka.

2. Cerita Rakyat Togo Motonu, Kampung Yang Tenggelam di Buton

Danau Togo Motonu Cerita Rakyat Dari Buton - Photo by Kompas Travel

Danau Togo Motonu Cerita Rakyat Dari Buton – Photo by Kompas Travel

Cerita Rakyat dari Buton yang kedua adalah Togo Motonu. Judul tersebut diambil dari Bahasa Buton yang artinya “Kampung Yang Tenggelam”. Lokasi dari Togo Motonu sendiri terletak di daerah hutan pedalaman Buton, Sulawesi Tenggara.

Menurut legenda, dahulu kala hidup sebuah keluarga, dimana anak – anaknya telah melanggar hukum adat. Mereka melakukan pernikahan sedarah, yang dianggap tabu dan dilarang keras oleh masyarakat setempat.

Setelah pernikahan dilangsungkan, dusun tersebut tidak henti diguyur hujan tanpa henti hingga seminggu berturut – turut. Pada akhirnya, kampung itu pun tenggelam hingga menjadi sebuah danau.

Saat ini, danau tersebut dikenal dengan nama Togo Motonu yang kerap menjadi objek wisata bagi para wisatawan. Anehnya, danau tersebut tidak pernah kering meski saat musim kemarau sekalipun.

3. Kisah Uang Kain Dari Kerajaan Buton

Kampua Uang Kain Dari Kerajaan Buton - Photo by Kompas

Kampua Uang Kain Dari Kerajaan Buton – Photo by Kompas

Kisah Uang Kain merupakan Cerita Rakyat dari Buton yang terakhir dalam daftar kali ini.

Setiap barang pasti memiliki nilai atau harga. Selama memiliki uang, setiap orang bisa membeli barang apapun yang diinginkan. Namun, ternyata tidak selalu seperti itu konsepnya. Terutama, bagi masyarakat Buton di zaman dulu kala.

Karena pada prinsipnya, setiap orang yang memiliki barang, harus melakukan proses barter dengan orang lain sebagai pembeli.

Pada zaman dahulu, hidup beberapa penduduk di suatu kampung yang memiliki peternakan ayam. Selain itu, ada juga yang rajin menangkap ikan hingga memiliki tambak sendiri. Sedangkan masyarakat di kampung tetangga, terdapat orang-orang yang punya kain.

Suatu hari, si penangkap ikan berkunjung ke kampung sebelah. Dia menawarkan ikan hasil tangkapannya untuk ditukar dengan kain.

Permasalahan adalah, sang pemilik kain lebih butuh ayam daripada ikan. Melihat kekacauan tersebut, akhirnya Ratu Bulawambona menciptakan uang kain yang disebut Kampuna.

Kain yang menjadi alat pengganti uang tersebut, berasal dari kain tenun yang hanya dibuat oleh pihak kerajaan di masa itu. Sehingga, kain tenun dianggap sebagai komoditas barang berharga seperti emas.

Setiap kain yang dibuat memiliki corak berbeda, dimana motif desain uang tersebut ditentukan oleh pejabat Kerajaan Buton. Uang kain yang disebut “kampua” tersebut, memiliki kode atau seri rahasia agar tidak dapat dipalsukan dengan mudah. Jika ada yang tertangkap memalsukan uang kain, maka ganjarannya berupa hukuman pancung oleh Sang Ratu.

Namun pada tahun 1940, uang kain telah telah punah, karena diganti dengan uang logam oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Saat ini, uang kain dapat dilihat di Museum Nasional, Mpu Tantular dan Museum Bank Indonesia.

Baca Juga:

5 Cerita Rakyat dan Asal Daerahnya Yang Terkenal

5 Cerita Rakyat Dari Jambi Yang Terkenal


Itulah 3 Daftar Cerita Rakyat Dari Buton, yang cukup menarik untuk dibaca dan menjadi referensi terbaik. Semoga bermanfaat!

Kalo Berguna, Silahkan Share

You may also like...

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of