5 Cerita Rakyat Dari Aceh Yang Terkenal

Cerita Rakyat Dari Aceh, merupakan legenda yang sudah berjalan secara turun temurun, terutama bagi kalangan masyarakat setempat.

Hal tersebut juga merupakan bagian dari budaya, wilayah yang mendapat julukan “Serambi Mekah” tersebut.

Aceh yang kaya akan kulinernya, wisatanya dan juga budayanya ini memiliki banyak sekali cerita – cerita bersejarah yang hingga kini masih sering diceritakan.

Baca Juga:

Cerita Rakyat Dari Aceh

Berikut Ini Adalah beberapa contoh Cerita Rakyat Dari Aceh yang cukup terkenal bahkan hingga sekarang.

1. Kisah Tujuh Anak Pria

Kisah Tujuh Anak Pria - Cerita Rakyat Dari Aceh

Kisah Tujuh Anak Pria – Cerita Rakyat Dari Aceh

Cerita Rakyat Dari Aceh yang pertama adalah cerita tentang Kisah Tujuh Anak Pria.

Pada suatu musim kemarau yang panjang ada sepasang suami istri yang meninggalkan ketujuh anaknya di hutan, karena bencana kelaparan.

Dengan kesedihan yang teramat sangat, ketujuh anak itu pun berusaha mencari kedua orang tuanya.

Hingga akhirnya, pencarian tersebut membawa mereka ke suatu rumah besar di tengah hutan, yang pemiliknya adalah berwujud raksasa perempuan. 

Karena merasa iba, raksasa tersebut  memberi mereka makanan dan emas. Setelah itu, mereka harus segera pergi, agar suami dari raksasa tersebut tidak memangsanya.

Ketujuh saudara itu mengikuti saran tersebut, dan segera melanjutkan pencarian. Dan akhirnya, mereka sampailah mereka di suatu negeri.

Dan akhirnya Mereka pun harus menjual emas pemberian sang raksasa, untuk memulai kehidupan baru.

Namun berkat kerja kerasnya, mereka akhirnya mendapatkan kesuksesan, dan hidup dengan sejahtera, hingga beranjak dewasa.

Karena masih teringat dengan kedua orang tuanya, mereka memutuskan untuk kembali ke desa tempat kelahirannya.

Dan akhirnya, mereka dapat bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, untuk tinggal bersama lagi.

2. Putra Mahkota Amat Mude

Putra Mahkota Amat Mude

Putra Mahkota Amat Mude – foto youtube TV Anak Indonesia,

Cerita Putra Mahkota Amat Mude merupakan Cerita Rakyat Dari Aceh selanjutnya yang masih sering diceritakan kepada generasi penerus aceh.

Dahulu kala, ada seorang raja bernama Sang Li, yang memiliki bayi laki-laki bernama Amat Mude.

Belum genap setahun usia Amat Mude, sang Ayah meninggal dunia. Pamannya yang bernama Raja Muda, akhirnya menjadi raja untuk sementara. 

Namun, karena keserakahannya, Raja Muda tersebut bermaksud menguasai takhta selamanya, hingga  mengasingkan Amat Mude dan ibunya.

Singkat cerita, Amat Mude tumbuh dewasa, yang sedang menolong ibunya berjualan ikan di pasar.

Seorang saudagar memborong ikan mereka, menemukan telur emas yang sangat banyak pada perut ikan-ikan tersebut.

Sang Saudagar pun mengembalikan sebagian  telur emas tersebut,  kepada Amat Mude dan ibunya, hingga menjadi kaya. Tidak lupa, mereka juga  menyedekahkan kekayaannya kepada fakir miskin.

Berita itu sampai ke telinga Raja Muda, yang lalu memanggil Amat Mude dan ibunya. Lalu, dia  menugaskan Amat Mude mencari obat berupa kelapa gading, untuk istrinya.

Obat tersebut terdapat di suatu pulau, yang memiliki banyak binatang buas.

Amat Mude menyanggupi tugas berat itu. Berkat bantuan ikan besar bernama Silenggang Raye, Amat Mude berhasil mendapatkan kelapa gading tersebut. Dan akhirnya, dia pun selamat dari gangguan binatang buas.

Berkat kelapa gading itu pula, isteri Raja Muda sembuh. Karena perasaan gembiranya, dia menyerahkan seluruh takhta kerajaan, kepada Amat Mude dan sekaligus meminta maaf.

Amat Mude dan ibunya pun memaafkan sang Raja Muda.

3. Mentiko Betuah, Cerita Rakyat Dari Aceh

Mentiko Betuah - Cerita Rakyat Dari Aceh

Mentiko Betuah – Cerita Rakyat Dari Aceh

Di Negeri Simeulue, ada seorang Raja yang kaya raya dan juga baik hati. Namun sayangnya, Raja dan permaisurinya selalu merasakan kehampaan dalam hidupnya, karena belum memiliki keturunan.

Suatu saat, sang Raja pergi bersama permaisurinya ke suatu hulu sungai untuk mandi dan bernazar, agar mendapatkan seorang anak. 

Dalam perjalanannya menuju sungai tersebut, mereka harus melewati hutan belantara, menyeberangi sungai, dan mendaki gunung.

Tidak jarang, mereka juga harus berhadapan dengan binatang buas dan berbagai rintangan lainnya. 

Setibanya di sungai, mereka menjalankan nazarnya sambil berdoa tanpa lelah, demi seorang keturunan yang menjadi dambaannya

Waktu terus berlalu, hingga akhirnya semua doa mereka terkabul. Sang istri melahirkan seorang anak laki-laki tampan, yang  bernama Rohib. Namun sayangnya, Rohib tumbuh menjadi anak manja. 

Dan pada satu titik, orangtuanya mengirim Rohib ke kota, untuk belajar di sebuah perguruan ternama. Mereka juga berharap, agar sang putra mampu menyelesaikan pelajarannya dengan cepat.

Namun pada akhirnya, Sang Raja harus menelan kekecewaan, dan sangat marah, karena Rohib gagal menjalankan kewajibannya.

Karena peristiwa tersebut, Rohib pun mendapatkan pengusiran dari ayahnya, namun tetap mendapatkan modal untuk berdagang.

Setelah itu, berangkatlah Rohib ke setiap kampung, untuk mulai berdagang. Dan di perjalanan, dirinya melihat sekelompok anak kampung, yang sedang menyiksa dan menembaki burung dengan ketapel.

Rohib memberikan semua uang pemberian ayahnya, agar semua anak tersebut menghentikan perbuatannya.

Setelah itu, Rohib kembali melanjutkan perjalanannya, hingga menemukan peristiwa yang sama.

Namun kali ini, dia harus memberikan sisa uangnya, kepada  orang-orang kampung yang sedang memukuli seekor ular.

Pastinya dengan syarat, mereka harus berhenti menganiaya ular malang tersebut.

Dan terus selama dalam perjalanannya, dirinya terus  memberi uang kepada semua orang yang menganiaya binatang, hingga Rohib kehilangan seluruh uangnya.

Rohib menangis,  karena takut akan hukuman Ayahnya.

Saat masih tenggelam dengan kesedihannya, tiba-tiba seekor ular besar mendekatinya, dan memberikan sebuah benda ajaib, atas kebaikannya terhadap hewan-hewan tersebut.

Benda tersebut adalah Mentiko Betuah, yang dapat mengabulkan segala permintaannya. 

Berbekal benda bertuah tersebut, Rohib kembali ke istana menghadap Ayahnya. Namun, sebelum sampai di istana, dia memohon kepada Mentiko Betuah, agar memberinya uang yang banyak untuk menggantikan modalnya.

Setibanya di istana, Sang Ayah sangat senang, karena Rohib berhasil membawa uang banyak dari hasil dagangannya, dan dia pun terbebas dari hukuman.

Kemudian dia berpikir, bagaimana cara untuk menyimpan benda ajaib tersebut, agar tidak hilang.

Rohib pun ingin mengubahnya menjadi sebuah cincin, dengan membawa benda tersebut kepada seorang tukang emas. Namun ternyata, orang tersebut melarikannya.

Rohib segera meminta bantuan ke semua sahabat hewan yang pernah dia tolong, dan mereka pun bersedia menolongnya.

Anjing dengan penciumannya yang tajam berhasil menemukan jejak si tukang emas yang telah melarikan diri ke seberang sungai. 

Pesan moral dari cerita ini adalah, bahwa kita harus hidup saling tolong-menolong, baik antara sesama manusia, maupun dengan makhluk lainnya. 

4. Kisah Putri Hijau

Kisah Putri Hijau

Kisah Putri Hijau

Cerita Rakyat Dari Aceh selanjutnya adalah Kisah Putri Hijau. Sultan Mughayat Syah melihat cahaya hijau dari arah timur, hingga mengirim utusan untuk menyelidiki cahaya itu.

Ternyata cahaya itu berasal dari tubuh Putri Hijau, yang berasal dari Negeri Deli Tua.

Setibanya di perbatasan kerajaan, sang Sultan mengirim utusan lain untuk meminang sang Putri. Namun sayangnya, sang Putri menolak lamaran tersebut, sehingga membuatnya marah besar.

Karena hal tersebut, peperangan pun tidak dapat terhindarkan. Karena wilayah Deli Tua memiliki banyak bambu berduri, prajurit Aceh pun menembakkan banyak uang di sekitar bambu. 

Melihat banyak uang yang bertebaran, masyarakat setempat pun menebangi seluruh rumpun bambu berduri itu, agar dapat mengambil seluruh uang tersebut. Akibatnya, pertahanan Deli Tua pun hancur.

Dengan  situasi genting itu, para penguasa Deli Tua mengira jika mereka akan kalah, hingga akhirnya memberi pesan kepada Putri Hijau.

Apabila dia sampai tertangkap, sebaiknya memohon sebuah penjara yang terbuat dari keranda kaca. 

Ketika akhirnya tertangkap, Sang Putri pun meminta syarat seperti tersebut kepada Sang Sultan, yang mengabulkan permintaan itu. 

Setibanya di Aceh, Sang Sultan berlabuh di Tanjung Jambu Air, dan kemudian memerintah kan rakyatnya agar mengadakan upacara persembahan kepada Putri Hijau.

Seusai upacara, Putri Hijau keluar dari keranda kacanya, dan sesuai pesan juga, Putri Hijau menyebutkan nama Mambang Jazid.

Seketika itu pula, halilintar dan segulungan ombak besar menyapu wilayah itu.

Selain itu, muncul pula seekor naga raksasa yang langsung menghantam kapal Sultan Aceh, hingga terbelah dua. Dalam keadaan itu, Putri Hijau kembali ke keranda kacanya, hingga terapung di lautan

Sang Naga segera menghampiri keranda itu, lalu membawanya ke Selat Malaka, hingga membuat  Sultan Aceh tidak dapat berbuat apa-apa. 

Dia pun menyadari kesalahannya, bahwa tidak baik untuk memaksakan suatu kehendak terhadap orang lain, yang tidak menginginkannya.

5. Putri Pukes

Patung Putri Pukes - Cerita Rakyat Dari Aceh

Patung Putri Pukes – Cerita Rakyat dari Aceh

Di Kampung Nosar tanah Gayo, hiduplah seorang putri raja yang bernama Putri Pukes.

Karena kecantikan dan kelembutannya, Sang Putri menjadi sangat populer di seluruh negeri. Terutama, dikalangan para laki-laki.

Meskipun begitu, cintanya hanya tertuju pada seorang Pangeran dari kerajaan Bener Meriah, yang menjadi negara tetangganya.

Namun sayang, perjalanan cinta Sang Putri dengan Pangeran bernama Mude Suara itu, sama sekali tak mudah.

Kedua orang tua Putri Pukes tidak memberikan restunya.Tapi karena kegigihannya, Sang putri mampu meluluhkan hati kedua orang tuanya.

Pesta pernikahan kedua insan tersebut pun terjadi. Sesuai dengan adat Gayo, pengantin tidak dapat melakukan perjalanan dengan bergandengan.

Sehingga, Sang Pangeran berangkat terlebih dahulu ke kerajaannya, sebelum  Sang Putri menyusul.

Saat berpamitan kepada kedua orang tuanya,  mereka menitip pesan, bahwa setelah melangkahkan kaki keluar dari istana, maka terlarang bagi Putri Puskes untuk menolehkan kepalanya  ke belakang.

Meskipun merasa heran dengan pesan tersebut, dirinya tetap berupaya mengingatnya selama dalam perjalanan.

Namun karena kesedihan akan perpisahan dengan kedua orang tuanya, tanpa tanpa sengaja ia menolehkan wajahnya ke belakang.

Dan pada saat yang sama, datanglah petir yang menyambar beserta hujan lebat. Dengan terpaksa rombongan Putri Pukes itu harus berteduh di dalam sebuah gua. 

Agar tubuhnya yang kedinginan menjadi hangat, Sang Putri berdiri di sudut gua yang agak dalam. Namun, secara perlahan tubuhnya justru mengeras dan menjadi batu.

Dia pun hanya mampu menangisi penyesalannya, karena tidak mengindahkan pesan kedua orang tuanya. Namun dia hanya dapat meratapi nasibnya, tanpa bisa bergerak lagi.

Sementara itu, di luar goa hujan terlihat mulai reda. Rombongan pengawal pun siap untuk melanjutkan perjalanan kembali, dan masuk ke dalam gua untuk memanggil sang putri.

Tapi Sayangnya, tidak ada jawaban dari Sang Putri.

Para pengawal mulai merasa khawatir dan bergegas masuk ke gua lebih dalam.

Ketika akhirnya menemukan sang putri, betapa terkejutnya mereka ketika mendapati Putri Pukes telah mengeras dan menjadi batu.

Sang Pangeran yang sudah sampai terlebih dahulu,mendengar kabar pujaan hatinya telah berubah menjadi batu.

Dengan penuh kesedihan, dia berdoa agar dapat berubah juga menjadi batu. Dan doanya pun terkabul.

Baca Juga:

Nah Sobat, demikianlah beberapa kumpulan cerita rakyat, yang cukup terkenal bagi Masyarakat Aceh, dan juga di beberapa wilayah aceh lainnya.

Semoga dapat memberikan manfaat, bagi Sobat semua.

You may also like...

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of