6 Upacara Adat Sumatera Yang Masih Dilakukan Hingga Sekarang
Upacara adat Sumatera, merupakan budaya warisan leluhur, yang masih eksis, walaupun ada yang sudah terpengaruh oleh modernisasi.
Tradisinya sendiri memiliki ragam yang cukup banyak dan bernilai tinggi. Keunikan dan ciri khas nya membuat banyak orang penasaran, hingga ikut menghadiri prosesinya, demi untuk dapat menyaksikannya secara langsung.
Apa sajakah 6 upacara adat Sumatera yang masih sering dilakukan tersebut ?. Yuk, kita lihat ulasan lengkapnya berikut ini.
Baca Juga:
- Inilah 2 Baju Adat Pernikahan Suku Minangkabau Yang Paling Sering Dipakai
- Misteri Di Kampung Adat Namata, Kampung Tertua Di Pulau Sabu
Daftar Isi Contents
1. Upacara Mangokal Holi
Masyarakat Batak Toba Sumatera Utara, memiliki tradisi yang cukup ekstrim, yaitu “Mangokal Holi”. Tradisi ini merupakan upacara adat, untuk memindahkan dan memilah kerangka para leluhur.
Upacara ini sekaligus meyakini, bahwa kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup, melainkan sebuah tahap tertentu dalam mencapai kesempurnaan.
Seluruh masyarakat akan membersihkan kerangka tersebut terlebih dahulu, sebelum menempatkannya pada Tondi, atau tempat suci.
2. Upacara Tabot
“Tabuik” Atau “Tabot” Adalah Tradisi Tahunan, Bagi Masyarakat Di Pesisir Barat Sumatera Atau Tepatnya Di Provinsi Bengkulu.
Tak Hanya Di Bengkulu Saja, Upacara Tabuik Ini Juga Diadakan Dikawasan Pariaman Provinsi Sumatera Barat.
Acara Tabot Atau Tabuik Ini Telah Berlangsung Sejak Puluhan Tahun Yang Lalu. Berdasarkan Perkiraan, Upacara Ini Sudah Ada Sejak Abad Ke-19 Masehi.
Perayaan Tabuik Sebenarnya Merupakan Peringatan Hari Wafatnya Cucu Nabi Muhammad SAW, Husein Bin Ali Bin Abi Thalib, Pada 10 Muharram. Dalam Catatan Sejarah, Husein Beserta Keluarganya Wafat Di Hari Itu Pada Peristiwa Karbala.
Kata “Tabuik” Sendiri Berasal Dari Bahasa Arab, “Tabut”, Yang Berarti “Peti Kayu”. Istilah Tersebut Terkait Dengan Legenda Tentang Makhluk Berwujud Kuda Bersayap, Dan Berkepala Manusia, Atau “Buraq”.
3. Upacara Lompat Batu
Tradisi “Lompat Batu” adalah sebuah warisan budaya, yang berasal dari Pulau Nias. Saking populernya, tradisi ini sampai viral hingga ke luar negeri. Selain itu, “Lompat Batu” seperti sudah menjadi daya tarik utama, bagi seluruh turis mancanegara.
Pada awalnya, tradisi ini merupakan ritual bagi para pria Nias, yang akan menjadi seorang prajurit. Persyaratan untuk dapat ikut berperang adalah, apabila telah berhasil melompati susunan batu setinggi 2 meter.
4. Tradisi Kerik Gigi
“Kerik Gigi” adalah tradisi masyarakat Suku Mentawai, khususnya bagi kaum wanita. Tradisi ini merupakan simbol bagi kaum wanita, setelah beranjak dewasa. Bagi masyarakat Mentawai, gigi yang runcing merupakan simbol kecantikan seorang wanita.
Selain sebagai kecantikan, upacara “Kerik Gigi” juga bertujuan untuk memberikan kedamaian dalam hidup. Berdasarkan kepercayaan, dengan melakukan tradisi ini, akan membawa kebahagiaan dan kedamaian
Prosesinya sendiri memang sangat menyakitkan, dan dilakukan oleh ketua adat, tanpa menggunakan anestesi.
Selain itu, semua peralatannya juga tidak melalui proses sterilisasi. Beberapa jenis peralatan tersebut adalah, besi atau kayu asahan, dengan ujung yang sangat tajam
5. Upacara Turun Mandi
Upacara “Turun Mandi” adalah ritual masyarakat Minangkabau, yang terkenal sangat menjunjung tinggi warisan leluhurnya. Jadi tidak heran, jika upacara ini menjadi kekayaan budaya yang tidak lekang termakan zaman
“Turun Mandi” juga merupakan upacara, untuk mengungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta, atas kelahiran seorang bayi. Selain itu, upacara ini juga memperkenalkan kepada masyarakat, bahwa telah lahir keturunan baru dari sebuah keluarga.
Dalam pelaksanaan prosesinya, terdapat ketentuan mengenai hari yang tepat untuk menentukan penyelenggaraan upacara ini. Bagi bayi laki-laki, upacara akan berlangsung pada hari ganjil, dari hari kelahiran si bayi.
Sedangkan bagi bayi perempuan, acara akan berlangsung, pada hari genap setelah hari kelahiran. Adapun tempat pelaksanaan upacara ini, biasanya akan memilih lokasi sungai yang cukup ramai oleh khalayak.
6. Upacara Sipaha Lima
Upacara Adat Sumatera Yang Masih Dilakukan Hingga Sekarang Adalah Upcara Sipaha Lima Yang Dilakukan Oleh Suku Batak.
Upacara Sipaha Lima Ini Merupakan Tradisi Yang Dilakukan Oleh Suku Batak Penganut Kepercayaan Malim, Yang Memiliki Makna Sebagai Ungkapan Rasa Syukur Kepada Sang Pencipta Atas Nikmat Yang Sudah Didapatkan Dalam Setahun.
Sipaha Lima Adalah Ritual Atau Upacara Suci Dalam Tradisi Masyarakat Suku Batak Di Sumatera Utara. Upacara Ini Dilakukan Oleh Masyarakat Batak Penganut Kepercayaan Malim, Atau Biasa Disebut Dengan Parmalim.
Baca Juga:
Nah, Sobat! Demikian 6 upacara adat Sumatra yang masih sering dilakukan khususnya bagi masyarakat setempat. Semoga dapat bermanfaat ya!
Leave a Reply