5 Tradisi & Upacara Adat Papua Paling Unik Dan Sejarahnya

Upacara Adat Papua – “Tanah Mutiara Hitam” merupakan sebuah julukan untuk Papua, salah satu provinsi terbesar di Indonesia.

Selain itu, Papua juga memiliki berbagai tradisi dan budaya yang masih lestari, dengan ciri khas-nya masing-masing. Beberapa dari tradisi tersebut, berkaitan dengan kepercayaan, ritual, dan upacara adat.

Masyarakat Papua pun masih setia untuk menjalani upacara adat ini, untuk tujuan yang berbeda-beda. Ada yang bertujuan untuk membangkitkan suasana sukacita, memperingati hari kematian, perkawinan, hingga ritual ekstrim suku pedalaman.

Berikut 5 upacara adat Papua yang paling unik, beserta sejarahnya, seperti pada ulasan di bawah ini:

Baca Juga:

1. Upacara Bakar Batu

upacara adat bakar batu

upacara adat bakar batu – foto ig @kompascom

Upacara pesta “Bakar Batu” adalah tradisi membakar batu hingga panas membara. Saat batu masih menyala, masyarakat setempat beramai-ramai akan menumpuknya, untuk memasak  aneka macam hidangan. 

Bagi masyarakat Papua, pesta “Bakar Batu” bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur, ajang silaturahmi dengan sanak saudara, serta menyambut kebahagiaan. Pada zaman dulu, tradisi unik ini bahkan bertujuan untuk mengumpulkan prajurit sebelum berperang.

Beberapa masyarakat suku pedalaman Papua, menyebut istilah upacara adat ini dengan istilah yang berbeda – beda, seperti: “Gapiia di Paniai” dan “Kit Oba Isogoa” di Wamena, atau “Barapen” di Jayawijaya. 

2. Ritual Kematian Suku Asmat

Ritual Kematian Suku Asmat

Ritual Kematian Suku Asmat – superadventure.co.id

Suku Asmat merupakan suku terbesar, dan paling terkenal di antara sekian banyak suku yang mendiami tanah Papua.

Tentang kepercayaan, kebanyakan dari masyarakat Suku Asmat, kini telah menganut berbagai agama seperti Katolik, Kristen, dan bahkan Islam.

Namun selain itu, ada sebagian dari masyarakat Papua, yang masih menjalani kepercayaan animisme, dan merupakan kepercayaan asli sebelum masuknya agama. Dan salah satu dari bentuk upacara adatnya yang cukup unik, adalah ritual kematiannya.

Pada awalnya, masyarakat Suku  Asmat tidak mengenal akan kebiasaan mengubur jenazah orang yang telah meninggal. Mereka hanya menempatkan jenazah tersebut di atas anyaman bambu, hingga membusuk.

Pada akhirnya, mereka akan mengumpulkan kerangka tersebut, dan menyimpannya  di atas pokok kayu. Bahkan, sebagian dari Suku Asmat juga akan menyimpan kerangka jenazah itu untuk bantal, sebagai tanda cinta kasih.

3. Tradisi Mumi Papua

Tradisi Mumi Papua

Tradisi Mumi Papua – foto ig @bernardwildlife

bukan hanya terjadi di Mesir saja soal tradisi mumi, ternyata mumi juga ada di Indonesia loh atau Tepatnya berada di desa Aikima, Distrik Kulurulu, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Mumi yang telah diawetkan selama kurang lebih 300 tahun ini bisa kita lihat langsung dirumah salah satu tetua adatnya.

Tradisi mumifikasi jenazah tak hanya ada di Mesir, Suku Dani Papua juga melakukan tradisi pembalsaman yang tokoh adat yang meninggal.

Teknik mumifikasi dilakukan dengan menjemur dan mengeringkan di dalam goa, kemudian ditusuk dengan tulang babi dan diletakkan diatas perapian.

4. Tradisi Iki Palek & Tradisi Nasu Palek, Tradisi Potong Jari 

Tradisi Iki Palek, tradisi Potong Jari 

Tradisi Iki Palek, tradisi Potong Jari – foto ig @oktovinabutarbutar

Masih berkaitan dengan cara berkabung, Masyarakat Suku Dani di Papua biasa melakukan tradisi “Nasu Palek”. Upacara adat ini, merupakan ungkapan kesedihan hati, karena wafatnya orang tercinta..

Untuk menunjukkan rasa berkabung, mereka akan rela memotong sedikit daun telinganua sebagai bentuk penghormatan, dan belasungkawa.

Tradisi ini biasanya lebih merupakan kewajiban bagi kaum pria, meskipun terkadang ada juga dari kaum wanita yang melakukannya.

Namun khusus untuk wanita, mereka harus melakukan Upacara “Iki Palek”  terlebih dulu, sebelum melakukan “Nasu Palek”.

Nasu Palek

tradisi Nasu Palek – foto hipwee

“Iki Palek” merupakan upacara berkabung masyarakat Suku Dani di Papua. Mereka akan  memotong satu ruas jari, sebagai ungkapan kesedihan atas meninggalnya keluarga atau kerabat tercinta. 

Lain halnya dengan “Nasu Palek”, tradisi ini hanya untuk kaum wanita saja. Namun tidak juga ada larangan, bagi kaum Adam untuk ikut serta melakukannya. Karena pada dasarnya, upacara ini berlangsung sebagai bentuk kesedihan orang yang ditinggalkan.

Uniknya, mereka menandai kesedihan tersebut dengan melakukan pemotongan jari, yang seolah mengatakan, bahwa menangis saja tidaklah cukup untuk mengungkapkan kesedihan. 

Rasa sakit dari memotong jari, barulah dapat mewakili kepedihan hati mereka, atas kehilangan yang menyakitkan tersebut. Bukan hanya menggunakan kapak atau pisau tradisional, tidak jarang, mereka akan menggigit jari jemarinya hingga putus.

5. Upacara Perkawinan Suku Biak

pernikahan Suku Biak

pernikahan Suku Biak

Dalam masyarakat Suku Biak, ada dua macam cara untuk melamar seorang calon pengantin, yaitu melalui “Sanepen” atau perjodohan, dan “Fakfuken”, atau lamaran.

Dalam upacara pinangan tersebut, pihak laki-laki akan membawakan sebuah “kaken” atau perhiasan, yang terbuat dari manik-manik, sebagai simbol perkenalan. Apabila pihak wanita menerima pinangan tersebut, maka mereka juga akan memberikan “kaken” sebagai simbol penerimaan.

Pada tradisi pernikahan masyarakat Biak zaman dahulu, biasanya menggunakan “kamfar” sebagai maskawin, yaitu sejenis gelang yang terbuat dari kulit kerang. Namun saat ini, mahar dapat berupa perhiasan atau bahkan porselen dari Cina.

Baca Juga:

Demikianlah ulasan singkat mengenai upacara adat Papua, sebagai salah satu tradisi budaya, yang masih berjalan hingga saat ini. Semoga dapat bermanfaat bagi Sobat semua.

 

You may also like...

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of