Rumah Adat Radank Pontianak
Pontianak merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat yang mayoritas masyarakatnya suku Dayak. Suku Dayak sendiri memiliki budaya yang unik bahkan hingga rumah adat yang memiliki ciri khas tersendiri. Jika berkunjung ke Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak, jangan lupa untuk singgah di rumah adat yang disebut dengan Rumah Adat Radank.
Rumah Adat Radank merupakan rumah adat suku Dayak Kanayatn dengan ciri khasnya memiliki kolong dan pondasi rumah yang tinggi. Pembuatan pondasi yang tinggi bertujuan untuk melindungi dari berbagai serangan musuh maupun melindungi dari hewan buas dan liar. Bentuknya panjang dan bisa menampung 100 orang. Di dalam rumah juga dilengkapi dengan bilik-bilik untuk dihuni beberapa keluarga.
Seiring perkembangan zaman, rumah adat ini semakin punah. Punahnya rumah adat disebabkan oleh penghuni rumah tersebut bergaya hidup komunis. Pada masa komunisme tahun 1960, pemerintah memberantas hal-hal yang berbau komunis termasuk rumah adat Radank ini. Akhirnya rumah-rumah tersebut ditutup dan hanya ada beberapa saja yang tersisa itupun jauh di dusun.
Kini pemerintah melestarikan rumah adat ini dengan membuat replika rumah adat dengan skala yang lebih besar. Rumah adat semakin terlihat menarik karena dimodifikasi dengan sentuhan yang lebih modern. Sangat cocok untuk tempat berfoto apalagi bangunan tersebut terlihat megah dan mulai didatangi banyak pengunjung. Replika ini diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis, MH.
Indonesia patut berbangga karena berhasil memecahkan rekor MURI dalam membuat bangunan rumah adat semegah dan sebesar itu. Menurut Jayasuprana, pendiri Museum Rekor Indonesia, bangunan ini layak mendapatkan rekor MURI karena belum ada yang yang pernah membuat bangunan berukuran raksasa seperti ini, bukan hanya di Indonesia, melainkan di dunia sekalipun.
Replika rumah adat ini tingginya 138 meter dan 7 meter serta lebar 30m. Seperti yang sudah dikatakan diatas, meskipun bangunan ini replika dan telah dimofikasi, namun dibuat semirip mungkin dengan bangunan aslinya. Ciri khas lainnya adalah adanya patung burung enggang di tiang besar yang berjumlah 6 buah yang merupakan simbol penguasa alam dan simbol suci.
Ada juga tangga yang disebut Hejot dan jumlahnya haruslah ganjil sehingga pengunjung bisa melihat secara langsung ada 3 tangga di bagian depan, tengah rumah, dan ujung kiri dan kanan.
Bahan utama bangunan ini dibuat yaitu dengan menggunakan papan kayu. Sekat dindingnya memakai kayu, lantai rmah pun memakai kayu, baik itu kayu bambu maupun batang pinang.Meskipun kita tahu bahwa bangunan ini sudah di mofdifikasi dengan menggunakan beton sebagai penguat, namun tetap saja kesan tradisional dan budayanya haruslah tetap ada.
Bisa dlihat adanya motif dominan berwarna merah yang merpakan khas Suku Dayak. Seperti yang kita ketahui bahwa warna merah melambangkan keberanian karena Suku Dayak terkenal pemberani. Replika rumah adat ini dibuat besar dan menjad rumah adat terbesar di dunia memiliki simbol semangat kekeluargaan, persaudaraan, gotong royong, dan kebersamaan masyarakatnya.
Motif lukis Suku Dayak juga biasanya mengambil bentuk binatang seperti burung, enggang, naga, anjing, atau bisa juga berbentuk tanaman, bunga, perisai, dan wajah manusia.
Tidakkah kamu perhatikan bahwa bangunan ini terlihat miring? Ya, bangunan ini miring ke badan jalan bukan tanpa maksud dan tujuan. Prinsip dari bangunan ini adalah Huma Betang, yang artinya Suku Dayak membangun rumah yang bagian hulunya menghadap ke matahari terbit, sedangkan bagian hilirnya menghadap ke matahari terbenam. Ini semua melambangkan kerja keras dalam menjalani kehidupan dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari. Untuk itulah mengapa replika Rumah Radank ini dibuat miring dari badan jalan.
Tak hanya itu saja, ternyata banyak sekali filosofi dari bentuk bangunan rumah adat ini. Di bagian depan akan kamu temui patung dari kayu ulin yang menyerupai manusia. Patung ini dipercaya dapat mengusir roh-roh jahat yang datang.
Replika rumah adat ini ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah bahkan mancanegara. Replika ini mampu menampung maksimal 600 orang. Ada yang sekedar berfoto ria, maupun menyaksikan acara-acara yang sedang berlangsung di sekitar replika tersebut. Halaman yang luas sangat mendukung berjalannya acara-acara besar seperti Pekan Gawai Dayak, Gebyar Bulan Bung Karno, dan lainnya.
Di halaman belakang, tak kalah luas dengan halaman depan. Di bagian belakang ini digunakan untuk menanam tanam kecil sehingga telrihat dari atas sangat cantik dan berwarna-warni.
Siapapun yang berkunjung ke Pontianak pastikan untuk berkunjung ke replika rumah adat ini karena merupakan salah satu ikon wisata adat di Pontianak. Tempat ini juga terbuka untuk umum dan tidak ada jam khusus kapan buka dan kapan tutup sehingga siapapun dan kapanpun kamu bisa mengujunginya. Namun sebaiknya kamu datang pada waktu sore hari untuk bisa mendapatkan pemandangan indah saat berfoto.
Pemerintah sepertinya sangat mengerti bagaimana cara untuk mengedukasi masyarakat mengenai sejarah Rumah Adat Radank dan kebudayaan yang ada. Dengan adanya replika ini sangat membantu masyarakat dalam mengenal kebudayaan yang hampir punah. Karena jika harus pergi ke tempat dimana masih ada bangunan asli rumah adat tentu kurang menarik karena jaraknya yang lumayan jauh.
Replika rumah adat ini dibangun di Kota Pontianak tepatnya Jalan Sultan Syahrir. Bagi para pengunjung harap untuk tidak membuang sampah sembarangan agar tempat ini menjadi tempat wisata yang semakin ramai pengunjung. Menjaga kebersihan itu perlu demi kebaikan kita bersama.
Namun jika kamu ingin mengunjungi rumah adat yang aslinya, bisa datang ke Dusun Saham, Kabupaten Landak. Disini terdapat beberapa rumah adat yang masih berdiri sejak 140 tahun lalu dan dihuni sekitar 200 jiwa. Tempat ini terbuka untuk pengujung, dan pastinya pengunjung bisa sambil belajar sejarah dari rumah ini.
Akses menuju kesana
Karena bangunan ini masih berada di kota, jadi siapapun bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun ojek. Kamujbisa mengambil rute perjalanan dari Bandara Supadjo, Kabupaten Kubu Raya menuju Jalan Arteri Supadio. Kemudian melaju ke jalan Jendral Ahmad Yani, lalu ke Bundaran Tugu Diglist, lanjut ke Jalan Jendral Ahmad Yani. Setelah itu belok kiri menuju Jalan Sultan Abdurrahman dan terakhir Jalan Sutan Syahrir. Nah Telusuri jalan Sutan Syahrir hingga di sebelah kanan kamu akan menemukan bangunan Rumah Adat Radank.
Leave a Reply