5 Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung Yang Terkenal
Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung – Setiap wilayah di Indonesia, memiliki cerita rakyat yang sudah diturunkan secara lintas generasi.
Nah Salah satunya cerita rakyat yang terdapat di provinsi Bangka Belitung, dimana provinsi ini terletak di bagian timur pulau Sumatera.
Lalu, apa sajakah 5 cerita rakyat dari Bangka Belitung yang terkenal tersebut? Yuk kita ikuti ulasannya di bawah ini
Baca Juga:
- Catat Inilah Legenda Rakyat Dari Minangkabau Sumatera Barat yang terkenal
- Mengenal Daftar tari adat tradisional dari sumatera dan namanya
Daftar Isi Contents
- 1. Cerita Si Kelingking, Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung
- 2. Cerita Batu Balai – Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung
- 3. Cerita Asal Mula Sungai Jodoh – Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung
- 4. Asal Usul Pulau Kapal – Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung
- 5. Cerita Bujang Katak – Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung
1. Cerita Si Kelingking, Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung
Alkisah, hiduplah sepasang suami istri yang miskin, dan tinggal di desa Pulau Belitung yang terpencil.
Walaupun hidup dengan miskin, mereka sangat rukun dan bahagia.
Meskipun belum memiliki keturunan, mereka tidak berputus asa, dan hampir setiap saat berdoa kepada Tuhan.
Hingga akhirnya, doa mereka pun terkabul, sang istri mengandung dan melahirkan seorang anak.
Namun alangkah terkejutnya mereka, ketika melihat bayinya hanya berukuran sebesar kelingking, dan memberinya nama Si Kelingking.
Pada awalnya mereka sulit menerima keadaan tersebut. Walaupun badannya sangat kecil, tetapi Si Kelingking sangat rakus dalam menyantap makanan.
Kesabaran mereka seperti sirna menghadapi hal itu, hingga memutuskan untuk membuang anaknya sendiri.
Hingga suatu hari, sang ayah mengajak Si Kelingking ke hutan untuk mencari kayu.
Dan Setibanya di tengah hutan, dia menebang pohon besar, yang berada tepat di atas kepala anaknya.
Akhirnya Pohon besar itu pun roboh menimpa Si Kelingking yang malang.
Setelah yakin anaknya telah meninggal, sang ayah segera kembali ke rumahnya. Mendengar cerita suaminya, sang istri pun merasa sangat senang.
Tapi satu hal yang mereka lupakan, bahwa perbuatan membunuh anak sendiri adalah dosa besar.
Namun mereka sangat terkejut, ketika melihat si Kelingking kembali ke rumah, dan sedang memikul sebuah pohon besar di pundaknya.
Setelah meletakkan kayu besar itu, dia pun langsung mencari makanan, dan makan dengan lahapnya.
Sementara itu, kedua orang tuanya hanya duduk terkesima melihat kejadian itu, dan tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.
Meskipun sudah beberapa kali berusaha untuk mencelakakannya, namun Si Kelingking tetap kembali lagi.
Dan akhirnya, mereka kehabisan akal untuk mengenyahkan anaknya sendiri dari kehidupan mereka.
Tapi saat melihat Si Kelingking makan dengan lahapnya, dan seolah tidak menyadari niat jahat orang tuanya, akhirnya membuat mereka tersadar.
Si Kelingking adalah darah dagingnya, dan tugas orang tualah untuk merawatnya dengan baik.
Keberadaan Si Kelingking, ternyata sangat berguna bagi mereka. Dengan tenaganya yang besar, dia mampu melakukan pekerjaan yang berat untuk membantu kedua orang tuanya.
Bahkan akhirnya, kehidupan mereka menjadi lebih baik, dan Si Kelingking mampu menjadi sumber tambahan penghasilan keluarganya.
Pesan moral dari cerita ini adalah, setiap ucapan adalah doa, dan jangan pernah memandang rendah orang lain.
Selain itu, hidup dan mati seseorang adalah kuasa Tuhan, dan bukan kuasa manusia
2. Cerita Batu Balai – Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung
Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung lainnya yang masih sering diceritakan adalah Cerita Batu Balai.
Alkisah, hiduplah seorang perempuan tua yang tinggal bersama anak tunggalnya, bernama Dempu Awang. Mereka tinggal di sebuah dusun terpencil Mentok.
Karena kehidupan mereka serba kekurangan, akhirnya mendorong Dempu Awang untuk mencari pekerjaan di negeri orang.
Dengan berbekal doa restu dari ibunya, Dempu Awang pun berangkat menuju ke suatu kota pelabuhan.
Sepuluh tahun telah berlalu, kini Dempu Awang telah menjadi orang kaya dan memiliki istri cantik.
Pada suatu hari, dia berniat menjenguk ibunya dengan membawa serta istrinya. Berangkatlah mereka berlayar dengan sebuah kapal besar yang megah dan indah, menuju Mentok.
Ketika melihat ibunya yang lusuh dan berpakaian compang-camping, dia merasa sangat kecewa, hingga tidak mau mengakui keberadaan ibu kandungnya.
Melihat perilaku tersebut, membuat hati ibunya sangat terluka, hingga mengucapkan permohonan doa untuk mengutuk Dempu Awang.
Seolah doanya terdengar oleh Tuhan, kapal mewah Dempu Awang hancur tertelan ombak, dan hanya menyisakan bongkahan batu mirip dirinya.
Sedangkan istrinya, telah berubah wujud menjadi seekor kera putih.
Masyarakat menamai batu tersebut Batu Balai, karena Ietaknya yang bersebelahan dengan sebuah balai pemerintahan, dan sering menjadi tempat berkumpul.
Pesan moral dari cerita ini adalah, hormatilah jasa seorang ibu, dan terimalah dirinya dengan apa adanya.
Sikap sombong, dan malu mengakui ibu kandung sendiri, akan membawa bencana.
3. Cerita Asal Mula Sungai Jodoh – Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung
Dahulu kala, hidup lah seorang gadis bernama Mah Bongsu, yang sudah yatim piatu. Dia bekerja sebagai seorang pembantu di rumah Mah Piah.
Perempuan tua ini sangat serakah, dengan anaknya yang bernama Siti Mayang, dan memiliki sifat sama seperti ibunya.
Pada suatu hari, Mah Bongsu pergi ke sungai untuk mencuci pakaian. Dia tidak menyadari, seekor ular telah melintas, hingga membuatnya ketakutan.
Namun, ular tersebut tidak menyerang Mah Bongsu, dia berenang di sekitar gadis itu, sambil menunjukkan luka-Iuka di kulitnya.
Karena Merasa kasihan, Mah Bongsu memberanikan diri untuk membawa, dan menyembunyikan ular tersebut di kamarnya.
Setiap kali kulit sang ular terlepas, Mah Bongsu memungut dan membakarnya. Jika asapnya mengarah ke Singapura, tiba tiba meninggalkan bongkahan emas dan berlian.
Namun jika mengarah ke Kota Bandar Lampung, akan mendatangkan begitu banyak kain sutra Lampung.
Dalam waktu singkat, Mah Bongsu menjadi gadis kaya raya. Hingga membuat tanda tanya di benak para penduduk sekitar, akan kekayaan Mah Bongsu.
Namun, gadis ini adalah orang yang dermawan. Dia selalu membantu penduduk sekitar dengan ketulusannya.
Akhirnya, cerita kekayaan Mah Bongsu pun terdengar oleh Mah Piah dan Siti Mayang. Mereka segera mencari tahu, darimana asal kekayaan tersebut.
Hingga satu hari, mereka berhasil melihat seekor ular yang sudah terkelupas kulitnya di kamar Mah Bongsu.
Kedua ibu dan anak itu pun dan meyakini, bahwa ular tersebut, adalah sumber dari kekayaan Mah Bongsu.
Keduanya pergi ke hutan untuk mencari ular, dan mendapatkan seekor ular berbisa. Dengan kebodohannya, sang ibu melepaskan ular tersebut di kamar Siti Mayang.
Mereka beranggapan bahwa ular tersebut akan mendatang kan kekayaan berlimpah.
Namun yang terjadi adalah malapetaka. Siti Mayang meninggal dunia, karena tersengat oleh ular berbisa tersebut.
Sementara itu, ular bertuah yang terdapat di Mah Bongsu telah sembuh, dan meminta dia untuk mengantarnya ke sungai.
Setibanya di sungai, ulat tersebut melamarnya, dan berubah wujud menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan.
Sementara itu, kulitnya menjadi sebuah rumah yang megah dan sangat indah. Mereka pun menikah, dan hidup berbahagia.
Konon katanya, sejak kejadian itu, desa tersebut berubah menjadi Desa Tiban, yang berarti ketiban rezeki.
Sementara itu, sungai tempat sang Pangeran melamar Mah Bongsu, berubah nama menjadi Sungai Jodoh, sebagai tempat bertemu jodoh.
4. Asal Usul Pulau Kapal – Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung
Dahulu kala, tinggalah sebuah keluarga yang sangat miskin di dekat Sungai Cecuruk yang terletak di Kepulauan Bangka Belitung.
Keluarga ini memiliki seorang anak yang rajin, dan selalu ikut orang tuanya mencari hasil hutan, dan menjualnya ke pasar.
Suatu hari, sang ayah pergi ke hutan untuk menebang rebung, dan menemukan sebuah tongkat di antara rumpunan bambu.
Ternyata, tongkat itu berhiaskan intan permata dan batu merah delima.
Dengan masih bertanya-tanya dalam hati, sang ayah membawa pulang tongkat itu, dan menunjukkan kepada istri dan anaknya.
Mereka berniat untuk menjualnya, dan mengirim sang anak ke negeri seberang.
Tongkat berharga itu berhasil dijualnya dengan harga tinggi, namun memilih menetap di negeri dengan uang hasil penjualan tongkat berharga itu.
Setelah menjadi kaya raya, sang anak pun memiliki pergaulan di kalangan para saudagar kaya, hingga membuatnya lupa pulang selama bertahun-tahun.
Hingga akhirnya dia menikah dengan putri saudagar terkaya di negeri itu.
Suatu kali, mertua anak itu memerintahkannya untuk pergi berdagang ke negeri lain bersama istrinya.
Lalu, dia pun mempersiapkan perjalanannya dengan membeli sebuah kapal yang besar dan armada yang tangguh.
Ketika sampai di sekitar Sungai Cecuruk, sang anak teringat akan kampung halamannya,dan menyandarkan kapal di sungai tersebut.
Berita kedatangan sang anak pun didengar oleh orang tuanya. Namun kerinduan itu harus sirna, ketika lelaki muda itu tertegun melihat siapa yang datang.
Diapun menolak untuk menerima kedua orang tuanya yang renta dan miskin.
Kehancuran hati ibunya, meninggalkan sebuah kutukan. Badai dan gelombang laut pun menelan kapal mewah sang anak beserta istri dan awaknya
Di tempat karamnya kapal sang anak, muncul sebuah pulau yang bentuknya menyerupai sebuah kapal, yang kemudian menjadi Pulau Kapal.
5. Cerita Bujang Katak – Cerita Rakyat Dari Bangka Belitung
Seorang anak bernama Bujang Katak, adalah putra tunggal dari wanita tua yang miskin. Dulu, wanita itu rajin berdoa agar Tuhan mengaruniakan seorang anak padanya.
Dan tanpa sengaja, dia pernah berucap, bahwa meskipun anaknya menyerupai katak, dia akan tetap mencintainya.
Rupanya, Tuhan mengabulkan doanya, dan lahirlah si Bujang Katak.
Bujang Katak rajin membantu ibunya di ladang, hingga para penduduk desa menyukai sikapnya yang ramah dan suka membantu.
Hingga satu hari Bujang Katak menampakkan kemurungannya.
Rupanya dia memiliki keinginan untuk menikah salah satu putri raja, dan meminta sang ibu untuk melamarkannya.
Dengan sedikit keraguan, sang ibu mengabulkan permintaan anaknya, dan berangkat ke istana.
Dan bak mimpi di siang bolong, sang ibu merasakan kebahagiaan, karena putri bungsu dari Sang Raja menerima pinangan tersebut.
Melihat hal tersebut, Sang Raja pun mengatakan, bahwa dia merestui pinangan tersebut dengan syarat tertentu.
Walaupun sebenarnya, hal tersebut adalah untuk menolak lamaran Bujang Katak secara halus.
Syaratnya adalah, bahwa Bujang Katak harus membangun jembatan emas di atas sungai, yang menghubungkan istana dengan desanya dalam waktu seminggu.
Bujang Katak kembali ke rumahnya, dan permintaan Raja kepada ibunya.
Walaupun ada terbesit keraguan dalam dirinya, namun dia terus berdoa sambil terus meyakini, bahwa Tuhan akan menolongnya.
Pada suatu pagi, Bujang Katak bangun dan mendapatkan suatu keajaiban, dimana kulitnya yang tebal dan licin terkelupas seketika.
Tiap kali mengguyurkan air ke tubuhnya, kulitnya terlepas. Hingga akhirnya, seluruh kulit tubuhnya terkelupas.
Dengan perasaan keheranan, dia menatap seluruh onggokan kulitnya yang terkelupas, sebelum akhirnya dia bercermin.
Alangkah terkejutnya, karena di hadapannya, tampak sosok pemuda tampan dengan kulit kecoklatan.
Pemuda yang menyerupai katak tiba-tiba menghilang. Dengan perasaan tidak percaya, Bujang Katak terus meraba wajahnya, dan langsung mencari ibunya.
Bujang Katak meneruskan untuk mengguyur sekujur tubuhnya.
Dan sekali lagi, keajaiban terjadi. Onggokan kulit yang tebal itu berubah menjadi emas. Dan sekali lagi, dia berlari menuju ibunya dengan kegirangan.
Bujang Katak mulai bekerja, siang dan malam tiada henti, untuk dapat menyelesaikan pembuatan jembatan emas tersebut.
Hari yang penentuan pun telah tiba. Bujang Katak dan ibunya menghadap Raja. Saat itu, Raja dan para putrinya sedang berkumpul.
Mereka semua heran melihat sosok pemuda yang datang menghadap Raja.
Ibunda Bujang Katak pun menjelaskan, siapakah pemuda tampan tersebut.
Dan akhirnya, Bujang Katak berhasil menepati janjinya, dengan menunjukkan jembatan emas yang telah dia bangun.
Baca Juga:
- 5 Kota Dan Kabupaten Terindah Di Pulau Sumbawa
- Cara Berkunjung Ke Pulau Satonda Dan Melihat Keunikanya
Pesan moral dari cerita ini adalah, jangan menilai orang dari penampilan fisiknya saja. Suatu usaha, dan doa, dapat menjadikan seseorang sukses.
Selain itu, suatu kerja keras, tidak akan mengkhianati hasil.
Leave a Reply