Astana Alnursari, Istana Tua di Kota Waringin Lama

Astana Al Nursari atau Istana Alnursari adalah sebuah Istana atau bisa dibilang Keraton dari Kesultanan Kotawaringin yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat provinsi Kalimantan Tengah. Astana Al-Nursari secara administratif terletak di Jl. Merdeka Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, berada ± 150 m disebelah barat tepi sungai Lamandau.

Perjalanan saya explore Kalimantan Tengah khusunya untuk mengenal lebih jauh Kotawaringin berlabuh pada ajakan ka Chacha dan ka Yuli untuk berkunjung ke wilayah Kotawaringin Lama. Awalnya saya tidak begitu mengenal Astana Al Nursari dan tempat-tempat bersejarah lainnya dikawasan ini namun Mereka tetap meyakinkan saya dan dijamin tidak akan menyesal bila datang kesana.

Wisata sejarah di Kotawaringin

Wisata sejarah di Kotawaringin ( dari Baju Merah Bunda, Ka Yuli, Ka Chcha,  Saudara ka Chcha & terakhir Ka Betty)

Ka Chacha dan Ka Yuli sendiri adalah penduduk asli Pangkalnbun Kotawaringin yang saat itu menemani saya untuk explore wisata disana dan menemani saya selama saya explore Kotawaringin Barat di Kalimantan Tengah. Setelah sehari sebelumnya saya berkunjung ke Taman Nasional tanjung Puting dan berkeliling kota Pangkalanbun, esok harinya saya dan ka Betty tentunya ditemani oleh ka Chacha & Ka Yuli langsung menuju kawasan kotawaringin Lama.

Mengenal Astana Al Nursari

Sekitar 1 jam lebih berkendara, akhirnya mobil yang dibawa ka chacha tiba juga dikawasan Kota Waringin Lama. Ternyata Kotawaringin Lama adalah sebuah kota tua dan bersejarah dikawasan tersebut. Tepat dialun-alun utama kota ini berdiri sebuah bangunan yang saya rasa cukup besar dan unik, khas seperti rumah adat kalimantan yang terbuat dari kayu.

Astana Al Nursari Kotawaringin Pangkalan Bun

Astana Al Nursari Kotawaringin Pangkalan Bun

Kami akhirnya masuk kedalam bangunan tua tersebut yang ternyata adalah sebuah Istana. Eh kalo di judul depan atau plang namanya, bangunan ini bernama Astana Al Nursari. Saya kurang paham beda Istana dan Astana itu apa. Tapi yang jelas kami menyebutnya istana saja karena bagian dari bangunan peninggalan kesultanan dan juga bekas kediamanya.

Berdasarkan angka tahun pembangunanya yang tercantum di dalam prasasti  terbuat dari kayu ulin yang ada di pintu masuk bangunan, diketahui jika Astana Al Nursari ini didirikan pada tahun 1867 M oleh Sultan Pangeran Paku Sukma Negara yakni salah satu Sultan Ke XII.

Baca Juga ya :

Astana Al Nursari di Kotawaringin

Astana Al Nursari di Kotawaringin

Setelah ngobrol-ngbrol dan bercerita banyak bersama petugasnya, saya baru tahu kalo bangunan ini bukanlah tempat tinggal kesultanan atau tempat tinggal raja . Fungsi dari Astana Al-Nursari ini adalah sebagai tempat tinggal kaum bangsawan keturunan Raja/Sultan Kotawaringin yang masih menetap di Kotawaringin Lama setelah perpindahan pusat kerajaan ke Pangkalan Bun.

Tapi dilihat dari kemegahanya, Astana Al Nursari ini sangat megah loh. Terlihat sangat berkelas dan berbeda dari bangunan lain disekitarnya. Bahkan keunikan arsitekturnya menurut saya sendiri bisa dibilang seperti kediaman seorang Raja atau pusat pemerintahan kerajaan.

Sejarah Kesultanan Kotawaringin

Sebelum membahas lebih jauh tentang Astana Al Nursari, kita akan membahas sekilas tentang Kesultanan Kotawaringin. Menurut wikipedia, Awal berdirinya Kesultanan Kotawaringin dimulai dari perebutan kekuasaan yang melanda Kesultanan Banjar, yaitu antara Pangeran Adipati Tuha dan Pangeran Anta Kasuma.

Peninggalan Kesultanan Kotawaringin di Astana Alnursari

Peninggalan Kesultanan Kotawaringin di Astana Alnursari

Perebutan kekuasaaan dimenangkan oleh Pangeran Adipati Tuha, sehingga Anta Kasuma memilih meninggalkan Kesultanan Banjar guna mencari wilayah baru dan mendirikan kerajaan yang bernama Kesultanan Kotawaringin. Dalam membentuk dan menjalankan sistem pemerintahan wilayah baru tersebut, ia dibantu oleh seorang Mangkubumi yang bernama Kyai Gede.

Nah Kyai Gede inilah tokoh utama penyebar agama islam di Kalimantan Tengah khususnya wilayah Kotawaringin hingga akhirnya dia membangun sebuah Masjid Tua yang juga bersejarah disekitarnya bernama Masjid Kyai Gede.Kyai Gede sendiri berasal dari Demak yang kala itu memang dimint aoleh kesultanan Banjar untuk mengembangkan ajaran Islam dibumi Kalimantan.

Pada masa keemasan Kesultanan Kotawaringin, muncul kebijakan dari Negara induk, yakni Kesultanan Banjar yang ada di Banjarmasin Kalimantan Selatan untuk  menyerahkan Kesultanan Kotawaringin kepada Belanda. Hal ini dilakukan sebagai kompensasi atas bantuan Belanda yang membantu Kesultanan Banjar dalam peperangan.

Istana Kuning di kota Pangkalan Bun

Istana Kuning di kota Pangkalan Bun

Peralihan kekuasaan Kesultanan Kotawaringin ternyata berdampak besar baik dari sektor perekonomian yakni monopoli perdagangan dan pemerintahan. Akibat dari peralihan kekuasaan tersebut, maka dipindahkan juga pusat pemerintahan kesultanan Kotawaringin dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan Bun.

Mungkin kalian Tahu atau pernah melihat Istana Besar yang ada dikota Pangkalanbun? Nah Istana besar tersebut bernama Istana Kuning. Istana inilah yang akhirnya menjadi pusat pemerintahan dan juga kediaman para raja dari kesultanan Kotawaringin khususnya pada masa pemerintahan Sultan ke IX Pangeran Ratu Imanuddin yakni sekitar tahun 1805-1841.

Keunikan Bangunan Astana Al Nursari

Istana Alnursari Kotawaringin

Istana Alnursari Kotawaringin

Astana Al-Nursari merupakan bangunan dengan bentuk rumah panggung yang berbentuk persegi empat panjang dan menggunakan kayu ulin. Rumah ini terdiri dari tiga  bangunan yang dihubungkan dengan selasar yang menyatu dengan masa bangunan dengan atap tersendiri, dan diantara pertemuan atap bangunan ini terdapat talang air yang terbuat dari kayu ulin utuh yang dibelah menjadi dua dan pada bagian tengah dilubangi sebagai tempat aliran air hujan. Ukuran  tinggi lantai 190 cm dari permukaan tanah.

Pintu Utama Bangunan Astana Al-Nursari menggunakan model daun pintu ganda dengan sistem sumbu kayu dan jendela juga menggunakan model daun ganda dengan poros samping dengan teralis kayu pada kusennya. Atap bangunan berbentuk pelana kuda yang dikombinasikan dengan bentuk perisai dan menggunakan atap sirap dari kayu ulin.

Berikut ini beberapa Ruangan atau bangunan yang ada di Astana Al-Nursari:

Balai Buntar 

Ruangan ini berupa teras/serambi tanpa dinding yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu dengan ukuran 8,5 x 7,6 cm. Ada banyak kursi yang digunakan untuk tempat duduk para tamu yang datang ke Astana ini.

Balai Bangsal 

Ruangan ini berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan ruang pertemuan, berukuran 19,6 x 11,6 cm.

Balai Burung 

Bangunan atau ruangan ini berfungsi sebagai ruang perhubungan antara balai bangsal dan umah bosar. Berbentuk lorong panjang, pada bagian selatan terdapat teras dan tangga kayu yang berfungsi sebagai jalan masuk para keluarga serta kerabat dekat tanpa melalui pintu depan, langsung masuk ke umah bosar.

Bagian Dalam Astana Alnursari

Bagian Dalam Astana Alnursari

Umah bosar 

Ruangan ini merupakan ruang inti dari Astana Al-Nursari, berfungsi sebagai tempat tinggal kaum bangsawan keturuan Raja/Sultan Kotawaringin, berukuran 15,8 x 12,7 m.

Pedaporan 

Bangunan ini berfungsi sebagai tempat memasak, berukuran 14 x 9,6 m. Selain pendaporan juga ada bagian bangunan lainnya yakni Pelataran yang berukuran 15 x 5 m.

Meriam Beranak di Astana Al-Nursari

Disamping kiri bangunan Astana Al-Nursari terdapat bangunan Pa’agongan berukuran 7 x 2,5 m yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka Kerajaan Kotawaringin. Kondisi bangunan masih mempertahankan bentuk asli, namun bangunan tersebut telah beberapa kali dilakukan pemugaran pada tahun 1980-1994.

Ruangan penyimpan meriam beranak di astana al nursari

Ruangan penyimpan meriam beranak di astana al nursari

Nah salah satu peninggalan kesultanan yang ada di Astana Al-Nursari ini adalah Meriam Beranak. Saya kurang paham maksudnya beranak ini apa tapi kata Yuli dan Chacha, ukuran pada meriam yang ada disini konon terus bertambah setiap tahunya. Maksudnya bertambah ukuran panjangnya. Hemm cukup aneh sih.

Sayangnya saat saya ingin melihat salah satu peninggalanya yakni Meriam beranak yang amat mistis dan terkenal di Kotawaringin ini namun kita tidak bisa melihatnya karena penjaga khususnya sedang tidak ada dan kita harus membutuhkan izin dari dinas terkait. Jadi kita hanya mengintip saja dari celah-celah bangunan kayu tua tersebut. Tapi tetap saja tidak terlihat dengan jelas karena si meriamnya dilapisi tirai kain bewarna kuning.

Wisata Sejarah di Astana Al-Nursari

Saat ini Astana Al-Nursari dijadikan objek wisata sejarah yang dikelola Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah khususnya pemerintah kabupaten Kotawaringin Barat. Disekitar area Astana Al-Nursari atau di alun-alun sering digunakan sebagai lokasi beragam acara budaya dan juga keagamaan masyarakat kotawaringin lama.

Wisata Sejarah Astana Alnursari Kotawaringin

Wisata Sejarah Astana Alnursari Kotawaringin

Astana Al-Nursari banyak dikunjungi oleh wisatawan yang datang dari luar kota Pangkalanbun seperti berasal dari Klaimantan Barat dan Klaimantan Selatan. Umumnya mereka mengenal Astana Al-Nursari ini melalui keterkaitan sejarah cerita kesultanan di Klaimantan khususnya kesultanan Banjar atau kesultanan Melayu.

Untuk masuk dan berkunjung ke Astana Al-Nursari bisa dilakukan kapan saja karena dibuka setiap hari kecuali saat ada acara atau event tertentu saja. Astana Al-Nursari terbuka buat siapapun yang ingin mengunjunginya asalkan menggunakan pakaian yang sopan dan bersih.

Harga tiket masuk Astana Al-Nursari juga gratis alias tidak dipungut biaya. Namun bagi kamu yang datang berkunjung dan ditemani oleh guide untuk menjelaskan tentang sejarah atau apa saja yang ada di Astana Al-Nursari ini setidaknya kalian bisa memberi uang tips bagi mereka sebagai apresiasi dan juga kontribusi pengembangan tempat-tempat bersejarah ini.

***

Refrensi: kebudayaan.kemdikbud.go.id

You may also like...

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of