7 Penulis Buku Keren Tapi Masih Jarang Orang Kenal

Bicara tentang budaya literasi di Indonesia, rasanya terlalu menyedihkan. Maraknya konten pendek yang dapat diakses dengan mudah lewat smartphone membuat kita semakin malas membaca buku.

Padahal banyak manfaat yang bisa didapatkan dari membaca buku atau esai yang cukup panjang, salah satunya adalah melatih fokus dan konsentrasi.

Mungkin kamu akrab dengan nama beberapa penulis seperti Raditya Dika dan Dewi Dee Lestari.

Tetapi masih banyak pula penulis “cukup lawas” yang jarang dikenal orang di masa kini walaupun buku yang ditulisnya best seller dan sarat pelajaran.

Saat saya menanyakan ke salah satu Group Klub Blogger dan Bukku Backpacker Jakarat (KUBBU) tentang siapa saja daftar penulis Buku keren yang seharusnya dikenal oleh banyak orang baik yang suka membaca maupun tidak suka membaca buku, berikut ini nama-nama mereka.

1. A. Fuadi

Source: Facebook Ahmad Fuadi

Tentunya kamu sudah tidak asing dengan novel berjudul “Negei 5 Menara”. Salah satu novel yang kemudian diangkat menjadi film ini ternyata ditulis oleh seorang pekerja sosial sekaligus mantan wartawan bernama Ahmad Fuadi.

Pada tahun 2009, novel “Negeri 5 Menara” masuk dalam jajaran novel best seller, lho! Dengan novel “Negeri 5 Menara”, pria kelahiran Maninjau, 30 Desember 1973 ini berhasil menyabet tiga penghargaan selama tahun 2010 hingga 2011.

Dua novel berikutnya yang merupakan seri trilogi “Negeri 5 Menara” pun sudah terbit, yaitu “Ranah 3 Warna” dan “Rantau 1 Muara”.

Novel-novel karya Ahmad Fuadi ini mampu menumbuhkan rasa semangat belajar dan berprestasi. Bacaan ini tentunya cocok untuk para muda-mudi Indonesia yang tengah mengenyam bangku pendidikan.

2. Langit Kresna Hariadi

Source: thejakartapost.com

Lahir di Banyuwangi pada 24 Februari 1959. Merupakan mantan penyiar radio dan dikenal luas karena novel “Gadjah Mada” yang ditulisnya hingga berjilid-jilid.

Mendapat penghargaan Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Megawati Soekarno Putri karena jasanya di bidang sosial, salah satunya telah mendonorkan darah sebnayak 150 kali.

Selain “Gadjah Mada”, novel sejarah lain yang ditulisnya adalah “Menak Jinggo, Sekar Kedaton” yang merupakan penggabungan dari trilogi “Perang Paregrek”.

3. Ayu Utami

Source: Twitter @BilanganFu

Puan berparas manis kelahiran Bogor, 21 November 1968 ini dikenal sebagai seorang novelis sekaligus sastrawan pendobrak. Tulisannya mendapat perhatian dan kritik dari berbagai kalangan penulis.

Hal ini dikarenakan tulisannya yang dianggap membawa angin segar terharap dunia literasi Indonesia, khususnya pada topik seks dan agama.

Novel pertamanya, yaitu “Saman” yang diterbitkan pada tahun 1998, dicetak ulang sebanyak lima kali dalam satu tahun. Wanita lulusan Sastra Rusia Universitas Indonesia ini juga sering menulis esai yang dimuat di Jurnal Kalam.

Pada tahun 2012, Ayu juga merilis novel “Cerita Cinta Enrico” yang menceritakan tentang seorang anak yang lahir pada masa pemberontakan PRRI.

4. Eka Kurniawan

Source: gramedia.com

Penulis asal kota Tasikmalaya ini merupakan salah satu “Global Thinkers of 2015” dari jurnal Foreign Policy. Pria kelahiran Tasikmalaya, 28 November 1975 ini merupakan lulusan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Sebagai seorang novelis, Eka Kurniawan telah menulis banyak novel baik fiksi maupun non-fiksi. Novel pertamanya yang berjudul “Cantik Itu Luka” merupakan sebuah novel yang memadukan kepercayaan-kepercayaan lokal dengan filsafat.

Novel ini mengisahkan tentang seorang wanita bernama Dewi Ayu yang pada akhir masa kolonial Belanda harus rela menjalani hidup sebagai pelacur.

Karya Eka Kurniawan ini bahkan diterjemahkan dalam Bahasa Jepang dan diterbitkan pada tahun 2006.

5. Adia Puja

Source: goodreads.com

Pada tahun 2018, pertama kalinya laki-laki kelahiran Bandung ini merilis tulisannya dalam bentuk novel berjudul “Konspirasi Hujan”. Novel ini berisi sembilan cerita pendek yang bertajuk romansa.

Buku terbitan Mojok, Yogyakarta ini memiliki tagline “Konspirasi Hujan adalah sekumpulan cerita pendek yang lahir dari rahim yang bernama kesunyian.

Membacanya adalah sebuah siasat untuk melihat cinta yang selalu memiliki dua sisi: mencerahkan sekaligus membikin muram.”

Ya, memang seperti itulah hujan, kan? Langit akan terus mendung jika hujan tidak segera turun, namun turunnya hujan terkadang juga membuat hati kita muram.

Lewat novel ini, Adia Puja menceritakan kisah percintaan yang manis namun juga menyisakan mendung di hati. Buku ini bisa kamu dapatkan secara online dengan harga mulai dari Rp 48.000,00.

6. Nunik Utami

Source: Twitter @nunik_utami

Sejak tahun 2005, Nunik yang merupakan perempuan asli Kalasan, Yogyakarta ini telah menekuni dunia menulis dengan cara menulis di blog.

Dari yang awalnya hanya untuk menuangkan ide dan pikiran, siapa sangka setahun kemudian ia mulai menjadi penulis profesional.

Buku pertamanya yang terbit di tahun 2006 adalah “Teen World: Ortu Kenapa Sih?”. Semenjak itu, berbagai kesempatan menulis telah didapatkannya, termasuk menulis artikel untuk beberapa koran ternama seperti Radar Bogor dan El-Shinta.

Hingga saat ini, Nunik telah menulis lebih dari 50 buku, ratusan cerpen dan artikel, serta menjadi editor untuk belasan buku. Sebagian besar buku dan artikel yang ditulis olehnya membidik pasar para orangtua, remaja, dan anak-anak.

7. Umar Khayam

Source: iphincow.com

Umar lahir ketika Indonesia masih di bawah kolonialisme Belanda. Beliau lahir di Ngawi, Hindia Belanda pada 30 April 1932. Beliau adalah seorang aktor, sastrawan, sosiolog, sekaligus budayawan.

Umar Khayam menjabat sebagai guru besar di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988 – 1997. Sebelum itu, beliau menjabat sebagai Dirjen Radio, Televisi, dan Film di Departemen Penerangan.

Setelah meninggalkan kursi pemerintahan, beliau menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1969 – 1972) dan Ketua Dewan Film Nasional (1978 – 1979).

Kumpulan cerpennya yang berjudul “Seribu Kunang-kunang di Manhattan” mendapatkan hadiah dari majalah Horison 1966/1967, sedangkan salah satu novelnya “Para Priyayi”mendapatkan Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P dan K pada 1995.

Pada tahun 1987, Umar Khayam mendapatkan Hadiah Sastra Asean. Tentang karya-karyanya, Umar berkata bahwa ia tak ingin menaklukkan apapun, ia hanya ingin menjelajah kemungkinan-kemungkinan.

Umar Khayam meninggal dunia pada 16 Maret 2002 setelah mengalami patah tulang pangkal paha.

**

Itulah tadi beberapa nama penulis buku keren yang mungkin diantara kita sebagai orang yang jarang membaca buku belum mengenalnya.

Dan dari ke 7 penulis buku keren diatas, siapakah yang sudah kamu kenal sebelumnya dengan karya-karyanya?

Kalo Berguna, Silahkan Share

You may also like...

2
Leave a Reply

avatar
1 Comment threads
1 Thread replies
0 Followers
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
2 Comment authors
Kata OmedTuty Prihartiny Recent comment authors
  Subscribe  
Notify of
Tuty Prihartiny
Tuty Prihartiny

Penulis keren berikutnya adalah omed. Selain menulis tentang berbagai sisi destinasi wisata juga piawai menulis review.