Inilah 10 Suku Suku Di Sulawesi yang Terkenal
Suku di sulawesi ada banyak sekali jumlahnya. Salah satu suku dari Sulawesi yang terbesar dan terbanyak adalah suku Bugis yanga da di Sulawesi Selatan.
Selain suku bugis, ada banyak suku lainnnya di sulawesi. Nah untuk itu disini kita akan membahas mengenai 10 Suku besar yang ada di pulau Sulawesi.
Indonesia selain kaya akan wisata keindahan alamnya, juga terkenal sebagai Negara yang memiliki ragam suku serta budaya.
Negara kita termasuk kedalam jenis Negara kepulauan, itulah yang mengakibatkan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke.
Salah satu pulau di Indonsia yang memiliki banyak budaya, suku dan alamnya yang indah adalah Pulau Sulawesi. Pulau Sulawesi atau yang dahulu dikenal sebagai Celebes, adalah sebuah pulau besar di Indonesia.
Pulau Sulawesi merupakan salah satu dari empat Kepulauan Sunda Besar dan merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia.
Sulawesi diambil dari kata Sula dan Besi, yang artinya adalah praktek perdagangan biji besi dari hasil tambang kawasan Danau Matano jaman dulu.
Saat ini pulau Sulawesi memiliki jumlah provinsi yang bisa dikatakan cukup banyak.
Total ada enam provinsi yang ada dipulau Sulawesi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo.
10 Nama Suku Yang Ada Di Sulawesi
Sebenarnya ada banyak ragam suku yang ada di pulau Sulawesi, namun disini kita hadirkan 10 suku yang mungkin belum kamu ketahui secara detailnya (List Acak).
1. Suku Makassar –Â 2.043.243 (Sulawesi)
Suku dari sulawesi yang pertama adalah Suku Makassar. Suku ini merupakan suku yang paling besar berada di pulau Sulawesi.
Suku Makassar sudah menguasai pulau Sulawesi sejak 16 abad yang lalu, dan mereka bisa dibilang sangat makmur karena kekuasaan suku ini terbilang sangat luas.
Meliputi Seluruh pulau Sulawesi, Sebagian Kalimantan, Sebagian Pulau Maluku, Nusa Tenggara, Hingga Timor-Timur atau Timor Leste saat ini.
Sejarah yang panjang telah menghadirkan banyak budaya dan kesenian yang terlahir dari sana, termasuk rumah adat Balla, pakaian adat bernama Baju Bodo.
Untuk kesenian berupa tari bernama Tari Pakarena, dan masyarakat suku Makassar dinilai pandai dalam membuat kapal.
Banyak yang mengira bahwa Makassar adalah identik dan serumpun dengan suku Bugis dan bahwa istilah Bugis dan Makassar adalah istilah yang diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah.
Hingga pada akhirnya kejatuhan Kerajaan Makassar pada Belanda, segala potensi dimatikan, mengingat suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda.
Dari segi linguistik, bahasa Makassar dan bahasa Bugis berbeda, walau kedua bahasa ini termasuk dalam Rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia.
Dalam kelompok ini, bahasa Makassar masuk dalam sub-kelompok yang sama dengan bahasa Bentong, Konjo dan Selayar.
Sedangkan bahasa Bugis masuk dalam sub-kelompok yang sama dengan bahasa Campalagian dan dua bahasa yang ditutur di pulau Kalimantan yaitu bahasa Embaloh dan bahasa Taman.
Perbedaan antara bahasa Bugis dan Makassar ini adalah salah satu ciri yang membedakan kedua suku tersebut.
2. Suku Bugis – 5.450.123 (Sulawesi)
Suku yang ada di pulau sulawesi selanjutnya adalah Suku Bugis. Bagi sebagian orang mendengar sebutan nama Suku Bugis memang sudah tidak begitu asing lagi.
Suku Bugis ini bisa dibilang orang golongan asli dari daerah Sulawesi Selatan, yang artinya mereka juga termasuk kedalam suku Melayu Deutro.
Kata Bugis diambil dari kata To dan Ugi, yang artinya adalah orang Bugis.
Dan mereka telah mewarisi banyak budaya, diantaranya adalah rumah adat bernama Lego-Lego, pakaian adat yang sama namanya yakni Baju Bodo.
Untuk kesenian tari bernama Tari Padippa, dan peninggalan paling khas dari Suku Bugis adalah upacara pernikahan bernama Mappobotting.
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa.
Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau.
Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian dari negara tersebut.
Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.
Beberapa kerajaan Bugis klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tetapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar.
Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Barru.
Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang.
3. Suku Toraja –Â 650.000 (Sulawesi Selatan)
Suku yang ada di pulau sulawesi Selanjutnya adalah Suku Toraja. Suku ini merupakan salah satu suku terkenal di pulau Sulawesi.
Sesuai dengan namanya, masyarakat Sulawesi mengartikan kata Toraja adalah sebagai kelompok etnis yang menetap dan berdiam diri didaerah pedalaman serta pegunungan.
Mereka mengambil kata Toraja dai To yang artinya adalah orang sedangkan Ri Aja artinya gunung. Kelompok yang tersebar hampir diseluruh wilayah Sulawesi bagian utara dan selatan ini memiliki kebudayaan yang khas yakni Rambu Solo.
Adat istiadat tersebut merupakan upacara adat kematian suku Toraja yang tujuannya adalah sebagai penghormatan dan penyempurnaan arwah dalam menuju ke alam roh.
Rumah adat milik suku Toraja dikenal dengan nama Tongkonan, kemudian keseniannya berupa ukiran yang dibuat dengan kayu Toraja khusus,
Untuk pakaian adat suku Toraja dikenal dengan sebutan Seppa Tallung Buku untuk pakaian pria dan Baju Pokko untuk pakaian wanita.
Sebelum tahun 1970-an, Toraja hampir tidak dikenal oleh wisatawan barat. Pada tahun 1971, sekitar 50 orang Eropa mengunjungi Tana Toraja.
Pada 1972, sedikitnya 400 orang turis menghadiri upacara pemakaman Puang dari Sangalla, bangsawan tertinggi di Tana Toraja dan bangsawan Toraja terakhir yang berdarah murni.
Peristiwa tersebut didokumentasikan oleh National Geographic dan disiarkan di beberapa negara Eropa.
Pada 1976, sekitar 12,000 wisatawan mengunjungi Toraja dan pada 1981, seni patung Toraja dipamerkan di banyak museum di Amerika Utara.
Tanah raja-raja surgawi di Toraja, seperti yang tertulis di brosur pameran, telah menarik minat dunia luar..
4. Suku Hulontalo / Suku Gorontalo –Â 1.251.494 (Gorontalo)
Suku Gorontalo atau Hulontalo atau biasa disebut sebagai Suku Gorontalo adalah salah satu suku besar di Sulawesi.
Suku Hulontalo adalah sebuah suku bangsa yang merupakan penduduk asli provinsi Gorontalo di bagian utara pulau Sulawesi. Bahasa mereka adalah bahasa Gorontalo.
Suku dari sulawesi ini juga dapat ditemukan di provinsi Sulawesi Utara dan Tengah. Populasi suku Gorontalo diperkirakan mencapai lebih dari 1,2 juta orang menurut Sensus Penduduk tahun 2010.
Suku Gorontalo menduduki posisi pertama sebagai suku dengan populasi terbanyak di wilayah utara pulau Sulawesi, diikuti oleh Suku Minahasa di peringkat kedua
Kata Gorontalo pada dasarnya berasal dari kata Hulontalo dalam bahasa Gorontalo. Hulontalo itu sendiri berasal dari kata dasar Hulontalangi, sebuah nama salah satu Kerajaan di Gorontalo.
Masyarakat suku Gorontalo mayoritas adalah pemeluk agama Islam yang taat.
Agama Islam sangat kuat diyakini oleh masyarakat suku Gorontalo ini. Beberapa tradisi adat suku Gorontalo terlihat banyak mengandung unsur Islami.
Hanya sebagian kecil saja dari suku Gorontalo yang memeluk agama lain di luar agama Islam, seperti Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Suku Gorontalo berbicara dalam Bahasa Gorontalo.
Selain bahasa Gorontalo, terdapat juga beberapa bahasa lain yang mirip, yang dianggap oleh para ahli bahasa sebagai dialek bahasa Gorontalo yaitu bahasa Suwawa, Atinggola, Limboto, Kwandang, Tilamuta, dan Sumawata.
Bahasa Gorontalo menjadi bahasa yang paling digunakan dikarenakan pengaruh dari Kerajaan Gorontalo yang pernah berdiri di wilayah tersebut.
Dialek Atinggola digunakan oleh masyarakat Atinggola yang berada di pesisir utara Gorontalo.
5. Suku Mandar –Â 1.194.456 (Sulawesi)
Suku dari sulawesi berikutnya adalah Suku Mandar, mereka berasal dari wilayah Sulawesi Barat dan Selatan. Mandar sendiri memiliki arti ikatan persatuan antara tujuh kerajaan dari pesisir.
Mandar ialah suatu kesatuan etnis yang berada di Sulawesi Barat. Dulunya, sebelum terjadi pemekaran wilayah, Mandar bersama dengan etnis Bugis, Makassar, dan Toraja mewarnai keberagaman di Sulawesi Selatan.
Meskipun secara politis Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan diberi sekat, secara historis dan kultural Mandar tetap terikat dengan “sepupu-sepupu” serumpunnya di Sulawesi Selatan.
Suku Mandar banyak meninggalkan warisan budaya berupa kesenian.
Salah satunya adalah tradisi Sayyang Pattu’du atau yang dikenal dengan Kuda Menari, merupakan bentuk tradisi bagi anak-anak yang telah menghatamkan Al-Quran sebanyak 30 Juz.
Rumah adat mereka dikenal dengan nama Boyang, sedangkan pakaian adatnya bernama Pattuqduq Towaine.
Sepanjang sejarah kerajaan-kerajaan di Mandar, telah banyak melahirkan tokoh-tokoh pejuang dalam mempertahankan tanah melawan penjajahan VOC, Belanda.
Beberapa diantaranya seperti Imaga Daeng Rioso, Puatta i sa’adawang, Maradia Banggae, Ammana iwewang, Andi Depu, meskipun pada akhirnya wilayah Mandar berhasil direbut oleh Belanda.
Dari semangat suku Mandar yang disebut semangat “Assimandarang” sehingga pada tahun 2004 wilayah Mandar menjadi salah satu provinsi yang ada di Indonesia yaitu provinsi Sulawesi Barat.
6. Suku Minahasa
Suku yang ada di sulawesi lainnya yang juga cukup besar jumlahnya adalah Suku Minahasa. Bisa dibilang Suku Minahasa ini adalah suku terbesar dibagian Wilayah Sulawesi Utara.
Ciri khas orang Minahasa adalah memiliki kulit berwarna merah. Keberadaan suku Minahasa juga ditandai dengan masuknya orang-orang Mongol pada tahun 1000BC.
Warisan asli dari Suku Minahasa rata-rata berupa kesenian seperti Tari Maengket, Tari Kabasaran, Tari Tumentenden, Tari Lens dan Tari Katrill.
Pakaian adat orang Minahasa disebut dengan Wuyang untuk wanita sedangkan pria menggunakan baju Karai dan baju Baniang. Rumah adatnya bernama Rumah Wale.
Sebutan “Minahasa” sebenarnya berasal dari kata “mina” yang berarti telah diadakan/telah terjadi dan “asa” atau “esa” yang berarti satu, jadi Minahasa berarti telah diadakan persatuan atau mereka yang telah bersatu.
ketika peristiwa persatuan diadakan disebut “Mahasa” yang berarti bersatu.
Mahasa pertama diadakan di Watu Pinawetengan untuk pembagian wilayah pemukiman, Mahasa kedua diadakan untuk melawan ekspansi kerajaan bolaang-mongondow.
Untuk Mahasa ketiga dilakukan untuk menyelesaikan pertikaian antara Walak Kakaskasen yang berkedudukan di Lotta (kakaskasen, Lotta dan Tateli) dengan Bantik, yang kesemuanya berasal dari satu garis keturunan Toar-Lumimuut.
Kebanyakan penduduk Minahasa beragama Kristen, dan juga merupakan salah satu suku-bangsa yang paling dekat hubungannya dengan negara barat.
Hubungan pertama dengan orang Eropa terjadi saat pedagang Spanyol dan Portugal tiba disana. Saat orang Belanda tiba, agama Kristen tersebar terseluruhnya.
Tradisi lama jadi terpengaruh oleh keberadaan orang Belanda. Kata Minahasa berasal dari konfederasi masing-masing suku-bangsa dan patung-patung yang ada jadi bukti sistem suku-suku lama.
7. Suku Tolaki
Salah satu suku besar lainnya yang ada di Sulawesi adalah Suku Tolaki. Suku Tolaki adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Tenggara.mendiami daerah yang berada di sekitar kabupaten Kendari dan Konawe.
Suku Tolaki sendiri adalah suku yang berasal dari kerajaan Konawe.
Dahulu, masyarakat Tolaki umumnya merupakan masyarakat nomaden yang handal, hidup dari hasil berburu dan meramu yang dilaksanakan secara gotong-royong.
Hal ini ditandai dengan bukti sejarah dalam bentuk kebudayaan memakan sagu, yang hingga kini belum dibudidayakan atau dengan kata lain masih diperoleh asli dari alam.
Secara geografis suku Tolaki mendiami wilayah daratan Sulawesi bagian Tenggara, yang mendiami beberapa daerah yaitu Kabupaten Konawe, Kota Kendari, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Utara, dan Kolaka Timur.
Beberapa daerah kabupaten tersebut berada di daerah daratan kepulauan Sulawesi bagian Tenggara.
Wilayah Sulawesi telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu diperkirakan bahwa penduduk pada zaman purba ini merupakan campuran berbagai ras yang datang dari berbagai penjuru.
8. Suku Pamona
Suku besar lainnya yang ada di Sulawesi terutama dibagian wilayah Tengah pulau Sulawesi adalah Suku Pamona.
Suku Pamona atau yang sering kali disebut sebagai suku Poso, Bare’e, atau To Pamon adalah salah satu suku yang mendiami hampir seluruh wilayah Kabupaten Poso, sebagian Kabupaten Tojo Una-Una dan sebagian Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Bahkan ada juga beberapa yang tinggal di Kabupaten Luwu Timur di Sulawesi Selatan, dan sebagian kecil yang tersisa hidup di bagian lain di Indonesia.
Hampir seluruh orang Pamona memeluk agama Kristen. Kristen masuk ke wilayah Poso tahun 1892 (2020 adalah tahun ke-128) dan hingga saat ini diterima secara umum sebagai agama rakyat.
Hingga hari ini, semua gereja dengan denominasi yang umum dikelompokkan ke dalam Gereja Kristen Sulawesi Tengah yang bermarkas di kota Tentena, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Hampir semua orang menggunakan bahasa Pamona dan bahasa Indonesia yang dicampurkan dengan kalimat slang lokal.
Pekerjaan orang suku Pamona biasanya sebagai petani, pendeta, pastor, wirausahawan, pejabat pemerintahan, dan sebagainya.
9. Suku Mongondow
Suku Mongondow adalah sebuah etnis di Indonesia dan juga menjadi salah satu suku besar di Sulawesi.
Dahulu suku Mongondow ini memiliki kerajaan yang bernama Bolaang Mongondow, yang kemudian pada tahun 1958 secara resmi bergabung ke dalam Indonesia serta menjadi Kabupaten Bolaang Mongondow.
Mayoritas Suku Mongondow tercatat bermukim di Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Nama Bolaang berasal dari kata “Bolango” atau “Balangon” yang berarti Laut.
Bolaang” atau “Golaang” dapat pula berarti menjadi Terang atau Terbuka dan Tidak gelap, namun secara istilah kata bolaang atau bolang adalah berarti perkampungan yang ada di laut sedangkan Mongondow adalah perkampungan yang ada di hutan atau gunung.
Suku Mongondow terdiri dari beberapa anak suku yang berdiam di wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Sebut saja Bolaang Mongondow, Bolaang Uki, Kaidipang Besar, Bintauna, Buhang,Korompot dan Mokodompis Karena wilayah Bolaang Mongondow memiliki luas 50,3% dari luas wilayah Sulawesi Utara.
Aakhirnya Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow bersama tokoh masyarakat, tokoh adat dan agama sepakat melakukan pemekaran wilayah dengan Dukungan Penuh Bupati Bolaang Mongondow.
Dengan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat serta Pemkab Bolaang Mongondow panitia pemekaran berhasil meyakinkan pemerintah pusat dan DPR RI sehingga wilayah Bolaang Mongondow secara resmi mekar menjadi 5 dearah
10. Suku Enrekang
Suku yang ada di pulau sulawesi selanjutnya yakni suku Enrekang. Ternyata suku ini masih ada hubungannya dengan suku Bugis, yang artinya domisili suku Enrekang ini berada di wilayah Sulawesi Selatan.
Enrekang diambil dari kata Endeg atau yang artinya Panjat.
Sesuai dengan namanya, persebaran suku Enrekang banyak menempati daerah dataran tinggi termasuk pegunungan.
Dulunya masyarakat suku ini memeluk kepercayaan animisme bernama Alu’Tojolo, namun seiring masuknya pengaruh Islam di Indonesia, kepercayaan Alu’ Tojolo mulai ditinggalkan.
Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten Enrekang memiliki kekhasan tersendiri.
Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan Enrekang (Massenrempulu’) berada diantara kebudayaan Bugis, Mandar dan Tana Toraja.
Bahasa daerah yang digunakan di Kabupaten Enrekang secara garis besar terbagi atas 3 bahasa dari 3 rumpun etnik yang berbeda di Massenrempulu’, yaitu bahasa Duri, Enrekang dan Maiwa.
Bahasa Duri dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Alla’, Baraka, Malua, Buntu Batu, Masalle, Baroko, Curio dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja.
Bahasa Enrekang dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Enrekang, Cendana dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja.
Bahasa Maiwa dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Maiwa dan Kecamatan Bungin.
Melihat dari kondisi sosial budaya tersebut, maka beberapa masyarakat menganggap perlu adanya penggantian nama Kabupaten Enrekang menjadi Kabupaten Massenrempulu, Sehingga terjadi keterwakilan dari sisi sosial budaya.
Seluruh masyarakat Massenrempulu’ dimana saja berada diharapkan tetap menjaga budaya Massenrempulu.
Baca :Â 7 Aplikasi Investasi Emas Online Untuk Pemula
Itulah tadi beberapa daftar nama 10 Suku Suku Di Sulawesi yang Terkenal dan masih bisa kita jumpai di pulau Sulawesi.