Harga Tiket Museum Sri Serindit Natuna dan Koleksinya
Pulau Natuna ini yang letaknya berada di tengah laut dan berbatasan langsung dengan negara Vietnam ini memang menyimpan banyak harta karun.
Bahkan harta karunnya itu tersimpan baik-baik di lautan ataupun di daratannya.
Daftar Isi Contents
Sejarah Tentang Laut Natuna
Dulu, lautan Natuna ini bernama Laut China Selatan, kemudian diubah menjadi laut Natuna Utara dengan jarak 200 mil laut pada Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia.
Diubahnya nama tersebut dimulai pada tahun 2017 sebagai bentuk kekuasaan negara Indonesia atas sebagian dari wilayah Laut China Selatan.
Namun, untuk bagian yang bukan merupakan hak negara Indonesia namanya tidak berubah.
Sudah tidak asing lagi bahwa Laut Natuna Utara ini penuh dengan kekayaan alam bawah laut baik dari habitatnya, sumber daya alamnya dan juga harta karun yang terkubur di dasar lautnya. Hal inilah juga yang menjadi daya tarik bagi para penyelam.
Tentang Museum Sri Serindit Natuna
Museum Sri Serindit ini berdiri sejak tahun 2008 dibawah naungan Lembaga Kajian Sejarah (Lekas) Kabupaten Natuna, Propinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Pendirinya bernama Zaharudin yang akrab disapa dengan Deng. Nama Sri Serindit ini diambil dari nama keris pusaka Datuk Kumbang, yakni seorang tokoh berpengaruh di Natuna pada masanya.
Sedangkan Zaharudin atau Deng terdahulunya adalah seorang pemburu harta karun bersama dengan sebagian kawan-kawannya. Kemudian, harta karun itu dijual kepada kolektor asing.
Perburuan harta karun Natuna di darat yang ditemukan pertama kali oleh Zaharudin atau Deng ini pada tahun 1965 di tepi Sungai Ranai.
Bahkan, dibangunnya Museum Sri Serindit ini dari hasil penjualan kerangka monster laut Gajah Mina yaitu hewan mamalia langka sejenis paus.
Koleksi kerangka ini berhasil dijual hingga mencapai angka Rp. 600 juta dan uangnya digunakan untuk membangun Museum tersebut.
Disamping itu, museum ini menjadi satu-satunya di kabupaten Natuna dan menyimpan berbagai benda purbakala. Jumlahnya kurang lebih 1500 benda-benda purbakala yang telah didata.
Lalu, masih banyak juga benda-benda purbakala yang lainnya yang belum sepenuhnya terdata dengan jumlah totalnya mencapai 10.000 koleksi dan tersimpan dengan rapi.
Sekarang ini Zaharudin tidak lagi menjadi pemburu harta karun, tetapi menjadi penyelamat harta karun. Jadi, harta karun yang dia temukan tidak akan dijual ke kolektor asing, tetapi akan diselamatkan di museum tersebut.
Koleksi di Museum Sri Serindit Natuna
Di Museum ini kalian akan menjumpai beberapa peninggalan bersejarah, termasuk harta karun pada masa Laksamana Ceng Ho berupa keramik buatan China.
Berikut koleksi benda-benda dari Natuna yang ada di Museum Sri Serindit :
1. Koleksi terbanyak sekitar 80 persen adalah keramik berusia ratusan tahun yang berasal dari China, Belanda, Jepang, daerah-daerah kawasan Asia Tenggara, Eropa dan Jawa.
Khusus untuk barang-barang China yang terkumpul dari barang-barang di zaman Dinasti Shang (1600—1046 SM) hingga zaman Dinasti Ming (1368 – 1644 M).
2. Koleksi peralatan rumah tangga jumlahnya kurang lebih 15 persen yaitu berupa peralatan makan dari kuningan yang berasal dari masyarakat Natuna sendiri.
3. Koleksi lainnya berupa meriam, keris tosan aji, botol-botol persia, pedang kolonial, dan koleksi perak milit Sultan Muda Riau.
4. Beberapa bangkai kapal mulai dari bangkai kapal Inggris, bangkai kapal Cina, bangkai kapal Belanda, bahkan bangkai kapal Rusia dan lainnya juga ditemukan di sekitar perairan Natuna.
5. Pada tahun 2013 seorang Nelayan bernama La Andi di dekat Pantai Tanjung, Ranai Kabupaten Natuna pada kedalaman 10 meter.
Nelayan ini telah menemukan harta karun berupa guci buatan China dan botol-botol wine bertahun 1882 sebanyak 8 buah.
Harga Tiket Masuk dan Jam Buka Museum Sri Serindit Natuna
Untuk informasi mengenai harga tiket sepertinya tidak tertera atau free. Sedangkan jam buka nya setiap hari kecuali hari Jumat libur.
Kemudian museum ini juga menjadi pusat rujukan para arkeologi nasional untuk kawasan Laut China Selatan.
Rute dan Lokasi Museum Sri Serindit Natuna
Museum Sri Serindit ini berlokasi di Jalan Imam Ismail, Gang Tok Ilok, Ranai Darat, Bunguran Timur – Natuna.
Kemudian waktu perjalanan yang ditempuh untuk sampai ke lokasi adalah setengah jam dari Kota Ranai, ibu kota Kabupaten Natuna.
Sumber: riaumagz.com